Jumat, 06 Desember 2013

ESSAR SK 11 IMAN PADA NABI


IMAN KEPADA NABI ATAU RASUL
 
Menurut bahasa, rasul adalah utusan atau orang yang dikirim untuk suatu tugas. Adapun menurut istilah, rasul ialah seseorang yang menerima wahyu dari Allah berkenan dengan syariat agama dan ditugaskan untuk menyampaikannya kepada umat manusia wajib beriman kepada rasul Allah, baik yang diutus ketika mereka hidup maupun yang sebelum dan sesudahnya sampai rasul yang terakhir, yaitu Nabi Muhammad Saw.
   Beriman kepada rasul-rasul Allah mengandung makna mempercayai dan meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah Swt telah memilih dan mengutus beberapa orang pilihan sebagai rasul-nya. Kepada mereka diberikan wahyunya agar disampaikan kepada umatnya masing-masing.
    Para rasul Allah itu sesungguhnya manusia biasa, yang berlaku bagi mereka sifat-sifat kemanusiaan, seperti makan, minum, berpakaian, bertempat tinggal, sehat, sakit, bahkan hidup dan mati sebagaimana manusia pada umumnya. Beriman kepada rasul-rasul Allah hukumnya wajib karena termasuk salah satu rukun imam yang ke-6. Seseorang tidak dikatakan beriman jika ia tidak beriman kepada para rasul Allah.
     Perhaikan firman Allah Swt :
يَاَيُهَاالـَّذِيْنَااَمَنُوْآاَمِنُوْابِاللهِ وَرَسُوْلِهِ -وَالـَّكِتَبِ الـَّذِيْ نَرَّ لَ عَلَ رَسُوْ لَهِ وَاْلْكِتَبِ الَّذِيْ ا نْنَ لـَــ مِنْ قَـــنْلُ ۗ ۬۬ ۬ ۬ ( ا لنسـاء : ١٣٦)

Artinya :
“wahai orang-orang yang beriman,tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-nya (muhammad) dan kepada kitab (Al-Qur’an) yang Allah turunkan kepada rasul-nya,serta kitab yang diturunkan sebelumnya.”
(Q.S An-Nisa’[4]: 136)

    Berdasarkan ayat tersebut, beriman kepada rasul-rasul allah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari keimanan seseorang. Beriaman kepada para rasul Allah bukanlah sekedar mempercayai dan meyakini kebenaran kerasulnya di dalam hati, melainkan juga turut mengamalkan ajaranya dan meneladani sikap perilaku kehidupannya. Sebagaimana makna dan hakikat iman itu sendiri, iman kepada para rasul pun mencakup tiga aspek penting,yaitu meyakini, mengucapkan, dan mengamalkan atau mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.


2. Pentingnya beriman kepada rasul-rasul Allah 
   Hidup didalam dunia ini laksana menjelajah dan menelusuri hutan belantara, yang selain penuh onak dari duri, jurang yang curam, perjalanan yang terjal, juga sukar dikenali kemana arah perjalanan melaju. Dalam kondisi seperti itu, seorang penjelajah sangat memerlukan petunjuk  dan rambu-rambu yang dapat menghantarkannya ke tempat tujuan. Petunjuk yang dibutuh kanya bisa berupa peta, kompas penujuk arah, maupun yang lainnya.
    Begitu pula dengan kehidupan manusia dialam dunia ini, jika tidak mempunyai petunjuk dan pedoman hidup, tentunya akan tersesat dan terbawa arus kencangnya kehidupan. Oleh sebab itu, Allah SWT. Mengutus para rosul nya untuk menyampaikan risalah dan petunjuknya kepada manusia. Tidak ada suatu bangsa pun yang tidak terutus terhadap mereka seorang rosul Allah. Sebagai mana firman Allah :
وَ لِكُلِّ اُ مَّةٍ رَّ سُوْ لـٌــ (يو نس :٤٧)

Artinya :
“Dan setiap umat (mempunyai) rasul.” (Q.S Yunus [10]: 47)
     Agar manusia tidak salah memilih jalan hidup, tidak keliru mengambil langkah, dan menyesal kelak dikemudian hari, maka Allah SWT. Dengan sifat rahman dan rahim nya mengutus para rosul nya untuk di ikuti oleh segenap manusia. Allah telah memberikan risalah dan petunjuk nya melalui wahyu yang diturunkan kepada para rosuolnya tersebut. Orang yang mengikuti jejek langkah dan seruan para rosul allah itu akan mendapatkan petunjuk dan pedoman hidup yang benar, yang dapat mendatangkan kebahagiaan, baik didunia maupun diakherat.
     Oleh sebab itu, manusia sangat membutuhkan kehadiran para rasul dan risalah Allah yang di sampaikannya. Allah maha pengasih lagi maha penyayang terhadap semua hamba-nya. Dia menyuruh manusia agar berbuat kebajikan sepanjang hidupnya supaya mendapatkan kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Untuk berbuat kebajikan dan ibadah secara benar, tentunya manusia memerlukan petunjuk dan tuntunan dai Allah Swt. Dengan segala kasih sayang-nya, Allah mengutus para rasul untuk menyampaikan tata cara beribadah kepada-nya dengan baik dan benar
      Kehadiran para rasul Allah itu sangat dibutuhkan oleh manusia. Selain sebagai utusan Allah Swt. Yang menyampaikan risalah dan ajaran-nya, para rasul pun menjadi sumber suri teladan dalam kehidupan sehari-hari. Mereka adalah orang-orang yang ma’sum(terpilih dari dosa) dari segi ucapan dan perbuatanya. Tanpa tuntunan, bimbingan, dan keteladanan para rasul Allah dalam menjalankan kehidupan, manusia tentunya akan mendapatkan kesulitan dan kesurakan dalam meraih kebahagian hidup.
      Dengan demikian, kehadiran para rosul Allah itu merupakan suatu kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia, layaknya mereka membutuhkan makan dan minum. Orang yang tidak beriman kepada rasul Allah. Dengan sendirinya akan tersesat dan terjemurus ke dalam jurang kehidupannya yang nista. Hidupnya akan jauh dari petunjuk Allah Swt. Dan tidak akan sesuai dengan yang diharapkannya sebagai sang pencipta manusia. Oleh karaen itulah untuk mendapatkan petunjuk jalan yang lurus dan diridoi aleh Allah Swt, hendaknya kita mengikuti tuntunnan dan petunjuk yang disampaikan para rasul Allah itu.
3.  NAMA DAN SIFAT-SIFAT RASUL ALLAH
Nama-nama rasul Allah  Allah Swt mengutus hamba-hamba pilihannya menjadi nabi dan rasulnya untuk menyampaikan risalah tauhid kepada umat manusia. Para rasul yang pernah diutus Allah dimuka bumi ini jumlahnya sangat banyak. Akan tetapu yang wajib diketahui namanya sebagaimana disebutkan didalam al-qur’an jumlahnya hanya 25orang , yaitu :
a.      Adam
b.      Idris
c.       Nuh
d.      Hud
e.       Saleh
f.       Ibrahim
g.      Lut
h.      Ismail
i.        Ishak
j.        Yakub
k.      Yusuf
l.        Ayyub
m.    Zulkifli
n.      Su’aib.
o.      Yunus
p.      Musa
q.      Harun
r.       Ilyas
s.       Ilyasa
t.        Daud
u.      Sulaiman
v.      Zakariya
w.    Yahya
x.      Isa
y.      Muhammad Saw
            2. sifat –sifat rosul
              Para rosul Allah mengemban tugas yang sangat berat, oleh karena itu Allah SWT.         Mengutus hamba pilihannya sebagai rosul dengan dibekali dengan sifat yang wajib,mustahil,jaiz.
A.  Sifat wajib
              Sifat wajib bagi rosul-rosul Allah ialah sifat yang wajib dimiliki oleh setiap rosul.          Sifat-sifat itu aakan meneguhkan tugas-tugasnya sebagai utusan Allah.
                 Sifat yang wajib melekat dalam diri seorang rosul ada 4, yaitu:
·         Sidiq
·         Amanah
·         Tablig
·         Fatanah

B. Sifat mustahil
               Adapun yang dimaksud dengan sifat mustahil bagi rosul ialah bahwa para rosul tidak mungkin memilki sifat-sifat yang bertentang dengan sifat-sifat wajibnya.
Dalam tugasnya, para rasul menyampaikan ajaran-ajaran yang luhur dan mulia dari Allah SWT
Seperti memerintahkan berbuat baik, melarang perbuatan yang buruk dan munkar, serta menganjurkan umat manusia melakukan semua perintah Allah serta meninggalkan apa yang di larangnya.
Sifat yang mustahil melekat pada diri para rasul ada 4 yaitu :
·         Kizib
·         Khianat
·         Kitman
·         Biladah
C.  Sifat jaiz
     jaiz artinya bolek atau mungkin. Yang di maksud sifat jaiz bagi rasul adalah segala sifat yang pada umumnya melekat pada diri manusia. Karena para rasul juga manusia, maka sifat-sifat
kemanusiaan tetap ada pada diri mereka. Sifat-sifat umum manusia itu antara lain makan minum,berpakaian,berumah tangga,bertempat tinggal,mencari nafkah,dan sebaginya.
            C. Meneladani sifat – sifat Rasullah SAW.
      Sebagai muslim kita harus beriman kepada para rosul Allah tanpa harus membedakan antara rosul yang satu dengan yang lainnya.diantara sifat-sifat rosulullah SAW. Yang dapat diteladani adalah sebagai berikut.
1.     Meneladani Sifat jujur & Benar
      Dalam kehidupan didunia ini, sifat jujur danbenar diperlukan . para rosul Allah telah menunjukan betapa penting bersifat juju, baik dalam tutr kata, sikap perilaku, maupun perbuatan.
     Kejujuran merupakan sifat terpuji dan kunci sukser dalam pergaulan. Tanpa kejujuran, suatu pergaulan akan ternoda,dan bukan mungkin akan berakhir dengan mencana.
     Setiap kejujuran mengandung kebenaran, akan mendapatkan kebaikan , dan kebaikan akan membawa kebahagiaan.
2.    Meneladani sifat amanah (dapat dipercaya)
    Para rosul Allah adalah orang yang amanah , mereka dapat dipercaya dalam segala sikap perilakunya. Sebagai muslim yang beriman , kita meski memiliki sifat amanah sebab sifat iti sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
    Oleh sebab itu hendaknya kita memiliki sufat amanah dan memegang teguh sepanjang hayat, orang yang tidak memenggang amanah termasuk golongan munafik.
3.      Meneladani sifat tablig    
     Para rosul Allah memiliki sifat tablig yaitu menyampiakan kebenaran dan kebaikan berdasarkan wahyu Allah SWT. Apapun hambatan dan rintangan yang menghadang mereka tidak pernah jera menyampaikan risalah kebenaran Allah
            Sifat tablig yang mereka miliki, hendaknya kita teladani dan amalkan dalam kehidupan sehari-hari.Dalam menyampaikan kebenaran dan kebaikan, tidak boleh ada rasa takut kepada siapa pun, selain kepada Allah SWT akan memperhitungkan amal perbuatan seseorang yang menyampaikan risalah-Nya         .
4.   Meneladani sifat fatanah
            Allah memberikah para rasul-Nya dengan sifat fatanah atau cerdas. Sifat itu melekat pada diri setiap rasul sebagai bekal dalam menjalankan tugas-tugas suci dari Allah SWT. Kecerdasan para rasul itu mulai tampak sejak masa kecil, sehingga sedikit demi sedikit kepribadian dan keistimewaan mereka dikenal oleh masyarakat luas.
            Sifat cerdas para rasul itu,hendaknya dapat kita petik  hikmahnya untuk diteladani dalam kehidupan sehari-hari.Untuk mendapatkan kecerdasan itu, kita hendaknya rajin belajar dan tekun munurut ilmu .Hanya dengan belajar yang rajin, seseorang akan menjadi cerdas. Hanya dengan tekun menurut ilmu, seseorang akan menjadi genius. Kecerdasan sangat diperlukan dalam menjalani kehidupan didunia ini.
            Cerdas berarti mempunyai ilmu pengetahuan yang dapat dijadikan bekal dalam meraih kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat.

Sabtu, 30 November 2013

PAI SMP KLS 7 SMT 2 SK 3 ASMAUL HUSNA


AL-ASMA’UL – HUSNA

A.   Memahami Al-Asma’ul Husna
Telah kita ketahui bahea Allah SWT memiliki sifat wajib, mustahil, dan jaiz. Dengan memahami sifat-sifat tersebut  kita lebih mudah mengenal , memahami, dan meyakini adanya Allah swt. Disamping sifat-sifat tersebut, Allah swt juga memiliki sebutan Al-Asma’ul-Husna.
Apa yang dimaksud dengan Al-Asma’ul-Husna? Al-Asma’ul-Husna  artinya nama-nama Allah swt yang baik.Mengapa demikian? Karena mustahil Allah swt memiliki nama yang buruk .Kebaikan Allah swt tersebut tergambar pada seluruh Al-Asma’ul-Husna.
          Rasulullah saw menjelaskan bahwa Al-Asma’ul-Husna jumlahnya 99, sebagaimana diterangkan dalam hadis berikut :

Artinya :
“Sesungguhnya  Allah mempunyai Sembilan puluh Sembilan nama, yaitu seratus kurang satu, barang siapa menghitungnya, niscaya ia masuk surga.” (HR Bukhari dan Muslim)

          Dari Sembilan puluh Sembilan nama tersebut semuanya  menjelaskan dan menggambarkan betapa baiknya Allah swt tersebut. Nama-nama Allah dalam Al-Asma’ul-Husna,
Huwallahul-khalliqul-bari’ul-musawwiru lahul-asma’ul-husna,yusabbihu lahu ma fis-samawati wal-ard(i), wa huwal-‘azizul-hakim(u).24
Artinya:
“Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengaakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunya Nama-nama Yang Paling Baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” QS Al-Hasyr/59:24)

Al-Asma’ul-Husna hanya milik Allah swt.Manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya dapat memahami, mempelajari, dan meniru kandungan makna dari nama-nama yang baik tersebut dalam kehidupan sehari-hari.Misalnya diucapkan ketika berdzikir atau berdoa.Ketika berdo’a, nama-nama dalam Al-Asma’ul-Husna kit abaca dan kita pilih sesuai dengan permintaan kita.
Misalnya kita mohon diberi sifat kasih saying , maka bacalah Ar-Rahman, artinya Maha Pengasih. Bila kita mohon petunjuk , maka yang kit abaca adalah Al-Hadi, yang berarti Maha Pemberi Petunjuk, dan demikian selanjutnya dengan nama-nama yang lain.
          Anjuran untuk menggunakan Al-Asma’ul-Husna dalam berzikir atau berdoa, diterangkan Allah swt dalam Al-Qur’an sebagai berikut :

7:180

Wa lillahil-asma’ul-husna fad’uhu biha, wa zarul-lazina yulhiduna fi asma’ih (i), sayujzauna ma kanu ya’malun(a).
Artinya :
“Hanya milik Allah Al-Asma’ul-Husna, maka bermohonlah kepada-Nya  dengan menyebit Al-Asma’ul Husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (QS Al A’raf/7 : 180)

B.   Menyebutkan Arti Ayat-ayat Al-Qur’an yang Berkaitan dengan Al-Asma’ul-Husna

          Allah swt memiliki nama yang baik, sepuluh diantara 99  Al-Asma’ul Husna akan dibahas sebagaimana uraian berikut . Kesepuluh nama itu antara lain :Al-Aziz, Al-Wahhab, Al-Fattah, Al-Qayyum, Al-Hadi, As-Salam, Al-Khaliq, Al-Gaffar, Al-Adlu, As-Sabur.

1.      Al-Aziz (Yang Mahaperkasa)
Allah disebut Al-Aziz artinya Allah Mahaperkasa. Keperkasaan Allah swt tidak dapat diukur atau disamakan dengan keperkasaan  manusia atau yang lain. Keperkasaan Allah swt tidak terbatas.Sedang keperkasaan manusia sangat terbatas atau bersifat sangat sementara.Betapapun perkasanya manusia, pasti masih ada yang mengunggulinya.
          Sebagai contoh Mike Tyson, yang mendapat julukan “si Lener Beton” sebagai juara 
 Dunia tinju di kelas berat, dan Muhammad Ali, yang mendapat julukan “ The Big Mouth” yang tercatat sebagai petinju tak terkalahkan di zamannya, keperkasaan mereka berdua sirna ketika dikalahkan oleh petinju-petinju lainnya. Ini membuktikan bahwa keperkasaan atau kekuatan  manusia, sifatnya sangat terbatas. Lain halnya dengan Allah , Dia Mahaperkasa, Dia yng memiliki sebutan Al-Aziz, yaitu Allah yang Mahaperkasa. Dalam hal ini Allah swt berfirman  :

29:42
Innallaha ya’’lamu ma yad’una min dunihi min syai(in), wa huwal-‘azizul-hakim(u). 42
Artinya:
“Sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang mereka seru selain Allah.Dan Dia Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (QS Al-‘Ankabut/29:42)
          Ayat 42 Surah Al-“Ankabut, 29 tersebut mengajarkan kepada kita untuk lebih menyadari bahwa manusia , dengan segala keterbatasan,nya, tidak patut menyombongkan diri, meskipun andai kata ia memiliki kelebihan disbanding yang lain. Mengapa demikian? Karena kelebihan sebesar apa pun, pada dasarnya merupakan pemberian Allah swt. Kekuatan, keperkasaan, kepandaian, kekayaan, kekuasaan, semua adalah pemberian Allah swt.Semuanya menjadi tidak berdaya ketika Allah swt mencabutnya (La haula wala quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘azim).
          Dengan memahami bahwa yang memiliki keperkasaan sejati hanyalah Allah swt, Dialah  Yang Mahaperkasa, berlaku sombong bukanlah sikap yang terpuji. Sebaiknya dalam kehidupan sehari-hari kita harus mengembangkan sikap saling menghargai dan menghormati serta berusaha memberi manfaat kepada yang lain. Yng kuat membantu yang lemah. Yan g lemah berusaha untuk tidak menjadi beban yang lain. Islam mengajarkan kepada kita agar menjadi orang yang bermanfaat bagi yang lain. Hadis Rasulullah saw :

Artinya :
“Sebaik-baik manusia yang memberi manfaat kepada orang lain.”( HR AL_Baihaqi)

          Hadis di atas mengajarkan kepada kita untuk mengembangkan sikap saling membantu dan memberi manfaat kepada yang lain, mengedepankan kebersamaan dan tidak menyombongkan diri.
          Sedemikian mulianya nama Allah swt, Dia Maha Pengasih , Maha Pemberi Petunjuk, Maha Pemberi Keputusan,  Mahaperkasa, dan masih banyak lagi kemuliaan nama Allah swt yang dijelaskan dalam Al-Qur’an (baca QS Al-Hasyr/59: 22 – 24).


2.      Al-Wahhab (Yang Maha Pemberi)
Al-Wahhab berarti Maha Pemberi.Maksudnya hanya Allas swt yang paling banyak memberi. Dia memberikan berulang-ulang , bahkan  secara terus menerus tanpa mengharap imbalan dari yang diberi . Sifat semacam ini hanya dimiliki oleh Allah swt.
          Pemberian yang dilakukan  manusia kepada yang lain tidak dapat dinamakan “Wahhab”, karena pemberian tersebut sekecil apa pun pasti disertai tujuan atau pengharapan , misalnya berupa pujian , meraih persahabatan, menghindari celaan, mendapatkan penghormatan , atau bahkan mendapat pahala dari Allah. Pemberian yang didasari pengharapan tersebut tidak dapat dinamakan “Wahhab” , oleh karena itu nama “Al-Wahhab” hanya dimiliki oleh Allah swt.
Manusia diperbolehkan memberikan sesuatu dengan pengharapan, selama pengharapan tersebut bertujuan untuk ibadah dan berbuat baik. Contoh: melakukan shalat, bersedekah, menjalin silaturahmi, dan persahabatan dengan berharap mendapat pahala dan menghindari neraka.
Kebahagiaan, kesedihan, sehat atau sakit, kaya atau miskin, pandai atau bodoh, beruntung atau merugi, semuanya merupakan wujud pemberian Allah swt. Jika Allah swt sudah memberikannya, manusia tidak dapat menolak atau menghindarinya . Allah swt hanya memberikan kebebasan kepada manusia untuk berusaha dan berencana .Namun, hasil dari semua itu tetap bergantung kepada kepastian atau pemberian Allah swt. Sifat Maha Pemberi yang dimiliki Allah swt dimaksudkan agar manusia senantiasa optimis , semangat, penuh pengharapan, serta melakukan usaha dan doa.
          Kata “Al-Wahhab” dalam Al-Qur’an ditulis sebanyak tiga kali, yakni pada Surah Sad/38:9 dan 35 serta Surah Ali ‘Imran/3:8.
Salah satu diantara ketiga ayat tersebut adalah :

3:8

Rabbana la tuzig qulubana ba’da iz hadaitana wa hab lana mil ladunka rahmah(tan), innaka antal-wahhab(u)
Atrinya :
“(Mereka berdoa)’Ya tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi (karunia).” (QS
Ali ‘Imran/3:8\0

Ketiga ayat tersebut menjelaskan bahwa pemberian Allah swt sifatnya berkesinambungan dan terus menerus serta berupa rahmat.Pemberian Allah swt kepada makhluk-Nya jumlahnya tidak terbatas.Allah swt tidak pernah pilih kasih, Allah swt sangat memperhatikan makhluk ciptaan-Nya.
          Sifat Allah swt tersebut memberi pelajaran   kepada kita, setidaknya kita bias meniru untuk kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik kepada manusia maupun kepada lingkungan.
          Sebagai manusia, sekaligus  sebagai anggota masyarakat , akan lebih baik manakala kita mampu mengembangkan kebiasaan saling memberi, saling membantu kepada siapa saja yang membutuhkan  sesuai dengan kemampuan yang  kita miliki. Yang memiliki harta memberi bantuan harta, yang memiliki tenaga membantu dengan tenaganya, yang memiliki ilmu membentu dengan ilmu pengetahuannya. Coba kamu perhatikan pengamatan didalam boks “Perlu Tahu!”!

3.     Al-Fattah ( Yang Maha Pemberi Keputusan)
Yang dimaksud “Al-Fattah” adalah Allah Maha Pemberi Keputusan kepada hamba-Nya.Keputusan yang menyangkut nasib akhir manusia kelak di akherat.Keputusan yang diberikan sesuai dengan perbuatan yang dilakukan ketika masih hidup di dunia.
          Keputusan yang diberikan Allah swt kepada manusia pasti seimbang dengan imbalan yang akan diberikan. Jika salah, neraka balasannya.Jika benar surge imbalannya.Mengapa demikian?Karena Allah swt Mahaadil. Keputusan yang diambil di pengadilan akhirat nanti pa
pasti adil, tidak ada satu pun perbuatan yang lepas dari pengadilan  Allah swt di akhirat nanti. Sekecil apapun perbuatan tersebut Allah swt akan memberikan  balasannya.
Firman Allah swt :

99:7

99:8

Famay ya’mal misqala zarratin khairay yarah (u).
Wa may ya’mal misqala zarratin syarray yarah(u).
Artinya :
“Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun , niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula “. (QS Az-Zalzalah/99:7-8)

          Ayat tersebut menjelaskan bahwa orang yang melakukan perbuatan baik atau buruk sekecil apapun Allah swt akan memberikan balasannya. Artinya keputusan Allah swt pasti benar, dan manusia tidak dapat menghindari hal tersebut, Karena Allah Maha Pemberi Keputusan . Firman Allah swt :

34:26

Qul yajma’u bainana rabbuna summa yaftahu bainana bil-haqq(i), wa huwal-fattahul-‘alim(u).
Artinya :
“Katakanlah, ‘Tuhan akan mengumpulkan kita semua , kemudian Dia memberi keputusan antara kita dengan benar, Dan Dialah Maha Pemberi Keputusan lagi Maha Mengetahui.’” (QS Saba’/34:26)

Ayat tersebut menjelaskan bahwa kelak aka nada pengadilan akhirat. Pengadilan tersebut akan memutuskan nasib setiap orang  berdasarkan amal perbuatannya selama hidup di dunia. Allah swt Maha Mengetahui , maka keputusan yang diberikan pasti benar dan adil.
Oleh karena itu, kita diwajibkan berusaha sebelum mendapat keputusan terburuk. Caranya adalah dengan melakukan amal perbuatan yang baik, rajin beribadah, taat kepada orang tua ,gemar membantu atau menolong orang lain dan berusaha sekuat tenaga untuk tidak melakukan hal-hal yang dilarang oleh ajaran Islam.







4.     Al-Qayyum ( Kekal dan Terus-menerus Mengurus Makhluk-Nya)
Kata Al-Qayyum dalam Al-Qur’an disebut sebanyak tiga kali, yaitu :
1.      Pada Surah Al-Baqarah/2:255, pada ayat tersebut dijelaskan bahwa kata Al-Qayyum yang dimaksud adalah Allah swt, yang kekal dan terus-menerus mengurus makhluk-Nya (tanpa bantuan yang lain).
2.      Pada Surah Ali’Imran:2 (…… yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya)
Perhatikan Firman Allah berikut :
3:2
Allahu la ilaha illa huwal-hayul-qayyum(u)
Artinya :
“Allah, tidak ada Tuhan (Yang berhak disembah) melainkan Dia. Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya.” (QS Ali ‘Imran/3:2)

Kutipan arti terus menerus mengurus makhluk-Nya, maksud nya adalah Dialah yang mengatur langit dan bumi serta isinya dan Dia tidak memerlukan yang lain, tetapi Dialah yang diperlukan oleh yang lainnya.
3.      Surah Taha,20:111, berkaitan dengan pemberian keadilan yang akan dilakukan  Allah swt sendiri kelak dikemudian hari, Allah swt tidak memerlukan bantuan yang lain , Allah swt adalah Tuhan Yang Maha Berdiri sendiri. Perhatikan firman Allah berikut :

20:111

                        Wa’anatil-wujuhu lil-hayyil-qayyum(i), wa qad khaba man hamala zulma(n).
                        Artinya :
                        “Dan tunduklah semua muka (dengan berendah diri) kepada Tuhan Yang Hidup Kekal
                        Lagi senantiasa mengurus (makhluk-Nya). Dan sesungguhnya telah merugilah orang
                        Yang melakukan kezaliman.” (QS Taha/20:111)


Dari tiga ayat diatas dapat dipahami bahwa kata Al-Qayyum memberikan penjelasan     bahwa   Allah swt tidak membutuhkan bantuan dari siapapun.Tiga ayat itu juga memberi gambaran betapa kuasanya Allah swt dalam hal menciptakan alam seisinya, memenuhi kebutuhan seluruh makhluk-Nya, memberikan petunjuk kepada manusia dengan menurunkan kitab-kitab suci-Nya dan menegakan keadilan kelak dikemudian hari.Allah swt Maha Berdiri Sendiri, segala yang dikehendaki-Nya dan segala yang diciptakan-Nya tidakj membutuhkan bantuan siapa pun.
Berbeda dengan manusia, sekadar makan nasi satu piring saja sudah membutuhkan bantuna tidak kurang dari 5 sampai 10 orang. Penjelasannya adalah : harus ada petani yang menanam padi, para pedagang beras yang ada dipasar lalu harus ada yang memasak dan seterusnya . Oleh karena itu, setiap manusia pasti membutuhkan bantuan orang lain.
          Menyadari hal tersebut , manusia wajib mengedepankan tolong  menolong, saling membentu. Tidak sepantasnya manusia menyombongkan diri, egois, tidak menghiraukan orang lain, apalagi bermusuhan. Semampu apapun , manusia tetap membutuhkan bantuan orang lain. Manusia adalah makhluk social , tidak dapat hidup sendiri, setiap kebutuhannya pasti membutuhkan peran orang lain.


5.Al-Hadi (Yang Maha Pemberi Petunjuk)
           Al-Hadi  artinya adalah Maha Pemberi Petunjuk. Maksudnya adalah  Allah swt  memberikan petunjuk atau hidayah kepada hamba-hamba –Nya yang dikehendaki. Petunjuk tersebut berupa kebenaran agama, sehingga mampu membimbing kearah kbenaran dan keimanan kepada Allah swt. Firman Allah swt :

28:56

Innaka la tahdi man ahbabta wa lakinnallaha yahdi may yasya’(u), wa huwa a’lamu bil-muhtadin(a).
Artinya :
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah swt memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah swt lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petujuk. (QS Al-Qasas/28:56)

          Ayat diatas menegaskan bahwa hanya Allah swt saja  yang dapat memberi petunjuk . Hanya Dia lebih mengetahui orang yang patut dan mau menerima petunjuk itu . Betapa berharga nya petunjuk atu hidayah Allah swt itu sehingga hanya Allah swt sendirilah yang bias memberi hidayah tersebut kepada hamba-hamba-Nya.
          Para nabi dan rasul hanya diberi tugas untuk menyampaikn  ajaran agama dan mengajak umat beriman kepada Allah swt . Tetapi mereka tidak dapat memberi hidayah kepada umatnya.
Sebagai contoh, bagaimana Nabi Nuh as mengajak anaknya untuk beriman Dan bagaimana Nabi Ibrahim mengajak ayahnya untuk tidak menyembah berhala? Begitu pula Nabi Muhammad saw tidak henti-hentinya menmgajak pamannya untuk beriman kepada Allah swt. Apa hasilnya? Putra Nabi Nuh as, ayah Nabi Ibrahim, serta paman Nabi Muhammad saw (Abu Thalib), mereka sampai meninggal tetap tidak mau beriman kepada Allah swt. Ini membuktikan bahwa yang dapat memberikan hidayah hanyalah Allah swt.
          Bagi yang dikehendaki Allah swt, menerima hidayah berupa kebenaran iman dan islam tidaklah sulit. Sebagai Muslim kita wajib bersyukur telah mendapat hidayah-Nya. Caranya adalah tetap menjaga dan memelihara keimanan dan keislaman tersebut, antara lain dengan tetap melaksanakan perintah Allah swt  dan menjauhi larangan-Nya sesuai pengetahuan dan kemampuan kita.
          Juka Allah menghendakiu, siapa saja akan mendapat hidayah tersebut, siapa pun orangnya. Orang yang semula tidak beriman , karna mendapat hidayah dari Allah swt, kemudian menjadi beriman . Kamu ingat kisah Umar bin Khattab! Simak penggalan cerita berikut :

Kisah Teladan
Kisah Umar bin Khattab
          Semula Umar bin Khattab sangat membenci Islam, bahkan memusuhi setiap orang masuk Islam. Namun, setelah ia mendapat hidayah dari Allah swt lantaran mendengar bacaan Al-Qur’an yang dibaca  Fatimah adik Umar bin Khattab, sikap kebencian Umar kepada Islam berubah. Ia menjadi menyenangi Islam. Bahkan sejarah mencatat dirinya sebagai salah satu Khulafa’ur –Rasyidin yang sangat terkenal membela agama Islam.



6.      As-Salam: (Yang Mahasejahtera)
          Kata “As-Salam” artinya adalah “Yang Mahasejahtera” Kata As-Salam dalam Al-Qur’an hanya disebut sekali yaitu pada Surah Al-Hasyr:23
59:23

Huwallahulplazi la ilaha illa huw(a), al-malikul-quddusus-salamul-mu’minul-muhaiminul-‘azizul-jabbarul-mutakabbir(u), subhanallahi’amma yusrikun(a).
Artinya :
“Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia. Raja Yang Mahasuci, Yang Mahasejahtera, Yng Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha memelihara, Yang Mahaperkasa, Yang Mahakuasa, Yang memiliki segala keagungan, Mahasuci, Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS Al-Hasyr/59:23)

          Sesuai penjelasan Al-Qur’an kata “As-Salam” memiliki beberapa arti yaitu :
a.       Allah terhindar dari aib dan kekurangan.
b.      Hanya Allahlah yang menyelamatkan makhluk-Nya dari siksa Neraka
c.       Yang memberi salam kepada hamba-hamna-Nya kelak di surge (QS Yasin:58)

          Dari ketiga  makna As-Salam sebagaimana kutipan di atas dapat dipahami bahwa Allah adalah Zat yang baik dan mulia, tidak ada sedikit pun pada diri Allah  suatu keburukan  . Dia pemilik segala kebaikan dan keselamatan.
          Allah juga sebagai sumber keselamatan dan kebaikan , artinya jika segalanya dilakukan atas dasar keyakinan dan kebenaran yang bersumber dari Allah akan mendatangkan keselamatan dan kesejahteraan.. Karena keselamatan dan kebaikan semata-mata bersumber dari Allah swt.
          Sebaliknya jika segala hal yang dilakukan bertentamngan dengan apa yang dikehendaki Allas, maka akan menimbulkan keburukan dan kemudaratan bagi dirinya maupun orang lain.
Keburukan yang dirasakan oleh hamba-hambaNya pada dasarnya bersumber dari tindakan yang dilakukan, bukan bersumber dari Allah. All;ah adalah zat pemilik  segala kebaikan dan keselamatan.





7.     Al-Khaliq: (Yang Maha Pencipta)
Kata “Al-Khaliq” dalam Al-Qur’an disebut tidak kurang dari 150 kali.Kata Al-Khaliq diambil dari kata “Khalq”   yang berarti “mengukur atau memperhalus”.Kemudian arti tersebut dimaknai secara luas yakni”menciptakan dari tiada”.” Menciptakan tanpa satu contoh terlebih dahulu” Beberapa ayat yang menunjukan makna menciptakan adalah sebagai berikut :
a.      QS Al-Alaq1-2
96:1

96:2
Iqra’bismi rabbikal-lazi khalaq(a). Khalaqal-insana min’alaq(in)
Artinya :
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah Menciptakan manusia dari segumpal darah.” (QS Al_Alaq/96:1-2)


b.      QS At-Tin:4

95:4

Laqad khalaqnal fi ahsani taqwim(in).
Artinya :
“ Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS At-Tin/95:4)

Kata “Al-Khaliq” yang dejelaskan dalam Al-Qur’an memberi gambaran tentang kehebatan dan kebesaran Allah dalam ciptaan-Nya. Betapa tidak! “Dia menciptakan dari tiada”,” Menciptakan tanpa satu contoh terlebih dahulu”.Segala ciptaan-Nya sangat sempurna, kesempurnaan tersebut meliputi bentuk, ukuran, fungsi, sifat dan kegunaannya, yang semuanya diciptakan dari tidak ada menjadi ada.Hal tersebut dilakukan Allah tanpa bantuan siapapun, karena Allah memiliki sifat Mahakuasa, Maha Mengetahui dan berbagai sifat mulia lainnya, sehingga segala yang diciptakan menggambarkan betapa hebatnya Allah.
          Untuk lebih memahami bahwa Allah adalah “Al-Khaliq” yakni Tuhan Yang Maha Pencipta, simak beberapa pernyataan berikut ini :
·         Pergantian siang dan malam selalu berjalan dengan baik. Adakah manusia yang mampu menciptakan dan mengaturny?
·         Cermatilah baik-baik tubuhmu, hewan atau tumbuhan disekitarmu. Betapa semuanya tercipta dari detai-detai yang sempurna. Mungkinkah manusia mampu melakukannya?
·         Pikirkanlah bahwa tidak ada seorang manusia pun yang mempunyai sidik jari yang sama.


8.     Al-Gaffar: (Yang Maha Pengampun)
Allah swt memiliki sebutan “Al-Gaffar” dan Al-Gafur”. Keduanya memiliki arti yang sama , yakni Yang Maha Pengampun.
          Kata “Gafur”  disebut dalam Al-Qur’an sebanyak 91 kali, jauh lebih banyak dari “Al-Gaffar” yang hanya disebut hanya lima kali yakni pada Surah Nuh ayat 10, Surah Taha ayat 83, Surah At-Taubah ayat 117 dan Surah Az-Zumar ayat 53.
Al-Gaffar” dan “Al-Gafur” diambil dari kata “Gafara” yang berarti menutup. Masalah yang perlu dipahami adalah siapa yang menutupi dan apa yang ditutupi?Sudah barang tentu yang menutupi adalah Allah swt sedangkan yang ditutupi adalah manusia. Untuk mengetahui lebih lanjut, simak uraian berikut :

          Ada tiga hal yang ditutupi oleh Allah atas keadaan manusia yaitu :

Pertama  :   Yang ditutupi oleh Allah dari hambaNya adalah keadaan jasmani yang
                  tidak sedap dipandang mata. Allah menutupinya dengan cara
                  melengkapinya dengan kelebihan disisi lain.
.
Kedua     :   Allah senantiasa menutupi bisikan hati atau kehendak buruk dengan cara
                  tak seorangpun mengetahui isis hati dan kehendak buruk seserang.
                  Kecuali Allah Swt dan dirinya sendiri.Apa yang akan terjadi jik
                  kehendak dan keburukan hati Seseorang diketahui oleh orang lain. Hal
                  tersebut akan mengganggu dan
                  Menyebabkan berbagai kesulitan dalam kehidupan ini. Hal tersebut
                  ditutupi olehAllah agar manusia memiliki kesempatan untuk melakukan
.hal-hal yang baik
Ketiga     ; Perbuatan dosa dan segala pelanggaran manusia, yang seharusnya dapat
      Diketahui umum, namun tidak sedikit dosa  dan p[elanggaran manusia
                  tidak ada         Yang mengetahuinya. Hal tersebut merupakan anugerah                              Allah, bahkan Allah Berjanji akan mengganti kesalahan dan dosa  tersebut
                  dengan imbalan kebaikan Jika yang bersangkutan mau kembali dan.
                  mohon ampunan Allah swt
          Dari tiga hal yang dilakukan Allah swt tersebut,  dapat kita pahami bahwa Allah swt memiliki cara untuk memberikan ampunan kepada hambaNya karena Allah Maha Pemberi Ampunan, salah satunya adalah menutupi keburukan hamba dari pandangan orang lain.


9.      Al-‘Adlu: (Yang Mahaadil)
          Kata “Al-‘Adlu termasuk salah satu Al-Asma’ul-Husna .Kata tersebut menunjukan bahwa Allah swt adalah pelaku Yang Mahaadil.Tindakan adil yang dilakukan Allah swt sangat sempurna, tanpa cacat sedikit pun. Keadilan Allas swt berlaku  untuk seluruh makhluk ciptaanNya. Allah swt dalam berlaku adil tidak pernah pilih kasih..
          Namun dalam Al-Qur’an tidak ditemukan kata Al-‘Adlu yang menunjukan sebagai Al-Asma’ul-Husna atau sifat Allah, tetapi banyak sekali ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang kedilan yang dilakukan oleh Allah swt, antara lain diterangkan dalam kandungan Al-Qur’an Surah Al-Infitar:7.
82:7

Allazi khalaqaka fa sawwaka fa ‘adalak(a).
Artinya:
“ Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang.” (QS Al-Infitar/82:7)

          Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah telah memberikan  keseimbangan pada diri manusia  dengan ukuran yang cukup sesuai kemampuan dan peranan manusia, sehingga manusia dengan ukuran dan kemampuannya mampu untuk berbuat adil di muka bumi.

10.       As-Sabur  (Yang Mahasabar)
Imam Gazali mengartikan As-Sabur sebagai sifat Allah yang Mahasabar dalam melakukan sesuatu, semua dilakukan sesuai dengan ketentuan yang ada. Dia tidak menundanya dari waktu yang ditentukan , Dia tidak mempercepat waktunya sehingga tergesa-gesa. Sifat tergesa-gesa dan suka menunda sesuatu hanya dimiliki oleh makhlukNya..
Allah swt menerangkan masalah sabar dalam Al-Qur’an tidak kurang dari seratus kali. Semuanya berkaitan dengan perbuatan manusia , antara lain perintah bersabar, memuji kesabaran dan orang-orang sabar, sifat kesabaran serta manfaatnya, dan ancaman bagi orang-orang yang tidak sabar. Pada intinya, kedudukan tertinggi akan diperoleh seseorang  karena kesabarannya.
           Diantara ayat Al-Qur’an yang menjelaskan masalah sabar antara lain :
QS As-Sajdah:24, QS Al-A’raf:137, QS Az-Zumar:10.
          Adapun kesabaran yang dijelaskan dal Al-Qur’an antara lain :
a.       Bersabar dalam mengerjakan ibadah (QS Taha: 132)
b.      Bersabar dalam menghadapi musibah (QS Al-Baqarah:155)
c.       Sabar dalam menahan hawa nafsu
Kegiatan Siswa
Buatlah catatan singkat yang berkaitan dengan penerapan pengalaman salah satu dari 10 Al-Asma’ul-Husna yang dapat dilakukan sehari-hari!
Contoh :
As-Sabur, Artinya Allah Mahasabar, yang dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari antara lain:
1.      Penuh kesungguhan dan tidak putus asa dalam melaksanakan tugas sehari-hari.
2.      Sabar dalam menerima musibah atau kesulitan yang dihadapi sehari-hari, tidak mudah marah dan lain sebagainya.

Rangkuman
·         Memahami Al-Asma’ul Husna dapat menambah keimanan kepada Allah swt.
·         Pemahaman terhadap Al-Asma’ul Husna dapat membimbing sikap,perilaku, dan tindakan yang baik.
·         Manusia diperkenankan untuk meneladani sifat-sifat Allah swt dalam Al-Asma’ul Husna, dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
·         Nama-nama yang bagus dan mulia sebanyak 99 sebagaimana dalam Al-Asma’ul Husna adalah sebutan lain dari nama Allah swt. 99 Al-Asma’ul Husna disebutkan sendiri oleh Allah swt dalam Al-Qur’an, antara lain Al-Aziz,Al-Wahhab, Al-Fattah, Al- Qayyum, Al- Hadi, As-Salam, Al-Khaliq, Al-Gaffar, Al-‘Adlu, As- Sabur.
·         Memahami makna Al-Asma’ul Husna dapat membimbing hati dan meningkatkan iman. Allah swt menganjurkan agar membiasakan berzikir dan mengawali doa dengan menyebut Al-Asma’ul Husna.