AL-ASMA’UL
– HUSNA
A.
Memahami
Al-Asma’ul Husna
Telah
kita ketahui bahea Allah SWT memiliki sifat wajib, mustahil, dan jaiz. Dengan
memahami sifat-sifat tersebut kita lebih
mudah mengenal , memahami, dan meyakini adanya Allah swt. Disamping sifat-sifat
tersebut, Allah swt juga memiliki sebutan Al-Asma’ul-Husna.
Apa
yang dimaksud dengan Al-Asma’ul-Husna?
Al-Asma’ul-Husna artinya nama-nama
Allah swt yang baik.Mengapa demikian? Karena mustahil Allah swt memiliki nama
yang buruk .Kebaikan Allah swt tersebut tergambar pada seluruh Al-Asma’ul-Husna.
Rasulullah saw menjelaskan bahwa Al-Asma’ul-Husna jumlahnya 99,
sebagaimana diterangkan dalam hadis berikut :
Artinya
:
“Sesungguhnya Allah mempunyai Sembilan puluh Sembilan nama,
yaitu seratus kurang satu, barang siapa menghitungnya, niscaya ia masuk surga.”
(HR Bukhari dan Muslim)
Dari Sembilan puluh Sembilan nama
tersebut semuanya menjelaskan dan
menggambarkan betapa baiknya Allah swt tersebut. Nama-nama Allah dalam
Al-Asma’ul-Husna,
Huwallahul-khalliqul-bari’ul-musawwiru
lahul-asma’ul-husna,yusabbihu lahu ma fis-samawati wal-ard(i), wa
huwal-‘azizul-hakim(u).24
Artinya:
“Dialah Allah Yang Menciptakan,
Yang Mengaakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunya Nama-nama Yang Paling Baik.
Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dialah Yang Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.” QS Al-Hasyr/59:24)
Al-Asma’ul-Husna
hanya milik Allah swt.Manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya dapat memahami,
mempelajari, dan meniru kandungan makna dari nama-nama yang baik tersebut dalam
kehidupan sehari-hari.Misalnya diucapkan ketika berdzikir atau berdoa.Ketika
berdo’a, nama-nama dalam Al-Asma’ul-Husna
kit abaca dan kita pilih sesuai dengan permintaan kita.
Misalnya
kita mohon diberi sifat kasih saying , maka bacalah Ar-Rahman, artinya Maha Pengasih. Bila kita mohon petunjuk , maka
yang kit abaca adalah Al-Hadi, yang
berarti Maha Pemberi Petunjuk, dan demikian selanjutnya dengan nama-nama yang
lain.
Anjuran untuk menggunakan Al-Asma’ul-Husna dalam berzikir atau
berdoa, diterangkan Allah swt dalam Al-Qur’an sebagai berikut :
Wa
lillahil-asma’ul-husna fad’uhu biha, wa zarul-lazina yulhiduna fi asma’ih (i),
sayujzauna ma kanu ya’malun(a).
Artinya
:
“Hanya milik Allah
Al-Asma’ul-Husna, maka bermohonlah kepada-Nya
dengan menyebit Al-Asma’ul Husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang
menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat
balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.”
(QS Al A’raf/7 : 180)
B.
Menyebutkan
Arti Ayat-ayat Al-Qur’an yang Berkaitan dengan Al-Asma’ul-Husna
Allah swt memiliki nama yang baik,
sepuluh diantara 99 Al-Asma’ul Husna
akan dibahas sebagaimana uraian berikut . Kesepuluh nama itu antara lain :Al-Aziz, Al-Wahhab, Al-Fattah, Al-Qayyum,
Al-Hadi, As-Salam, Al-Khaliq, Al-Gaffar, Al-Adlu, As-Sabur.
1.
Al-Aziz (Yang Mahaperkasa)
Allah disebut Al-Aziz artinya Allah Mahaperkasa. Keperkasaan Allah swt tidak
dapat diukur atau disamakan dengan keperkasaan
manusia atau yang lain. Keperkasaan Allah swt tidak terbatas.Sedang
keperkasaan manusia sangat terbatas atau bersifat sangat sementara.Betapapun
perkasanya manusia, pasti masih ada yang mengunggulinya.
Sebagai contoh Mike Tyson, yang mendapat julukan “si Lener Beton”
sebagai juara
Dunia tinju di kelas berat, dan Muhammad Ali,
yang mendapat julukan “ The Big Mouth” yang tercatat sebagai petinju tak
terkalahkan di zamannya, keperkasaan mereka berdua sirna ketika dikalahkan oleh
petinju-petinju lainnya. Ini membuktikan bahwa keperkasaan atau kekuatan manusia, sifatnya sangat terbatas. Lain
halnya dengan Allah , Dia Mahaperkasa, Dia yng memiliki sebutan Al-Aziz, yaitu Allah yang Mahaperkasa.
Dalam hal ini Allah swt berfirman :
Innallaha ya’’lamu ma yad’una min dunihi
min syai(in), wa huwal-‘azizul-hakim(u). 42
Artinya:
“Sesungguhnya
Allah mengetahui apa saja yang mereka seru selain Allah.Dan Dia Mahaperkasa
lagi Mahabijaksana.” (QS Al-‘Ankabut/29:42)
Ayat 42 Surah Al-“Ankabut, 29 tersebut mengajarkan kepada kita untuk
lebih menyadari bahwa manusia , dengan segala keterbatasan,nya, tidak patut
menyombongkan diri, meskipun andai kata ia memiliki kelebihan disbanding yang
lain. Mengapa demikian? Karena kelebihan sebesar apa pun, pada dasarnya
merupakan pemberian Allah swt. Kekuatan, keperkasaan, kepandaian, kekayaan,
kekuasaan, semua adalah pemberian Allah swt.Semuanya menjadi tidak berdaya
ketika Allah swt mencabutnya (La haula
wala quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘azim).
Dengan memahami bahwa yang memiliki keperkasaan sejati hanyalah Allah
swt, Dialah Yang Mahaperkasa, berlaku
sombong bukanlah sikap yang terpuji. Sebaiknya dalam kehidupan sehari-hari kita
harus mengembangkan sikap saling menghargai dan menghormati serta berusaha
memberi manfaat kepada yang lain. Yng kuat membantu yang lemah. Yan g lemah
berusaha untuk tidak menjadi beban yang lain. Islam mengajarkan kepada kita
agar menjadi orang yang bermanfaat bagi yang lain. Hadis Rasulullah saw :
Artinya :
“Sebaik-baik
manusia yang memberi manfaat kepada orang lain.”(
HR AL_Baihaqi)
Hadis di atas mengajarkan kepada kita untuk mengembangkan sikap saling
membantu dan memberi manfaat kepada yang lain, mengedepankan kebersamaan dan
tidak menyombongkan diri.
Sedemikian mulianya nama Allah swt, Dia Maha Pengasih , Maha Pemberi
Petunjuk, Maha Pemberi Keputusan,
Mahaperkasa, dan masih banyak lagi kemuliaan nama Allah swt yang
dijelaskan dalam Al-Qur’an (baca QS Al-Hasyr/59: 22 – 24).
2.
Al-Wahhab (Yang Maha
Pemberi)
Al-Wahhab
berarti Maha Pemberi.Maksudnya hanya
Allas swt yang paling banyak memberi. Dia memberikan berulang-ulang ,
bahkan secara terus menerus tanpa
mengharap imbalan dari yang diberi . Sifat semacam ini hanya dimiliki oleh Allah
swt.
Pemberian yang dilakukan manusia
kepada yang lain tidak dapat dinamakan “Wahhab”, karena pemberian tersebut
sekecil apa pun pasti disertai tujuan atau pengharapan , misalnya berupa pujian
, meraih persahabatan, menghindari celaan, mendapatkan penghormatan , atau
bahkan mendapat pahala dari Allah. Pemberian yang didasari pengharapan tersebut
tidak dapat dinamakan “Wahhab” , oleh karena itu nama “Al-Wahhab” hanya
dimiliki oleh Allah swt.
Manusia diperbolehkan memberikan sesuatu
dengan pengharapan, selama pengharapan tersebut bertujuan untuk ibadah dan
berbuat baik. Contoh: melakukan shalat, bersedekah, menjalin silaturahmi, dan
persahabatan dengan berharap mendapat pahala dan menghindari neraka.
Kebahagiaan, kesedihan, sehat atau
sakit, kaya atau miskin, pandai atau bodoh, beruntung atau merugi, semuanya
merupakan wujud pemberian Allah swt. Jika Allah swt sudah memberikannya,
manusia tidak dapat menolak atau menghindarinya . Allah swt hanya memberikan
kebebasan kepada manusia untuk berusaha dan berencana .Namun, hasil dari semua
itu tetap bergantung kepada kepastian atau pemberian Allah swt. Sifat Maha
Pemberi yang dimiliki Allah swt dimaksudkan agar manusia senantiasa optimis ,
semangat, penuh pengharapan, serta melakukan usaha dan doa.
Kata “Al-Wahhab” dalam Al-Qur’an ditulis sebanyak tiga kali, yakni pada Surah Sad/38:9 dan 35 serta Surah Ali
‘Imran/3:8.
Salah satu diantara ketiga ayat tersebut
adalah :
Rabbana la tuzig qulubana ba’da iz
hadaitana wa hab lana mil ladunka rahmah(tan), innaka antal-wahhab(u)
Atrinya :
“(Mereka
berdoa)’Ya tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada
kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada
kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi
(karunia).” (QS
Ali ‘Imran/3:8\0
Ketiga ayat tersebut menjelaskan bahwa
pemberian Allah swt sifatnya berkesinambungan dan terus menerus serta berupa
rahmat.Pemberian Allah swt kepada makhluk-Nya jumlahnya tidak terbatas.Allah
swt tidak pernah pilih kasih, Allah swt sangat memperhatikan makhluk
ciptaan-Nya.
Sifat Allah swt tersebut memberi pelajaran kepada
kita, setidaknya kita bias meniru untuk kita terapkan dalam kehidupan
sehari-hari, baik kepada manusia maupun kepada lingkungan.
Sebagai manusia, sekaligus
sebagai anggota masyarakat , akan lebih baik manakala kita mampu
mengembangkan kebiasaan saling memberi, saling membantu kepada siapa saja yang
membutuhkan sesuai dengan kemampuan
yang kita miliki. Yang memiliki harta
memberi bantuan harta, yang memiliki tenaga membantu dengan tenaganya, yang
memiliki ilmu membentu dengan ilmu pengetahuannya. Coba kamu perhatikan
pengamatan didalam boks “Perlu Tahu!”!
3.
Al-Fattah ( Yang Maha
Pemberi Keputusan)
Yang dimaksud “Al-Fattah” adalah Allah Maha
Pemberi Keputusan kepada hamba-Nya.Keputusan yang menyangkut nasib akhir
manusia kelak di akherat.Keputusan yang diberikan sesuai dengan perbuatan yang
dilakukan ketika masih hidup di dunia.
Keputusan yang diberikan Allah swt kepada manusia pasti seimbang dengan
imbalan yang akan diberikan. Jika salah, neraka balasannya.Jika benar surge
imbalannya.Mengapa demikian?Karena Allah swt Mahaadil. Keputusan yang diambil
di pengadilan akhirat nanti pa
pasti adil, tidak ada satu pun perbuatan
yang lepas dari pengadilan Allah swt di
akhirat nanti. Sekecil apapun perbuatan tersebut Allah swt akan memberikan balasannya.
Firman Allah swt :
Famay
ya’mal misqala zarratin khairay yarah (u).
Wa
may ya’mal misqala zarratin syarray yarah(u).
Artinya
:
“Barang siapa yang mengerjakan
kebaikan seberat zarah pun , niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang
siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar zarah pun, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya pula “. (QS Az-Zalzalah/99:7-8)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa orang
yang melakukan perbuatan baik atau buruk sekecil apapun Allah swt akan
memberikan balasannya. Artinya keputusan Allah swt pasti benar, dan manusia
tidak dapat menghindari hal tersebut, Karena Allah Maha Pemberi Keputusan .
Firman Allah swt :
Qul
yajma’u bainana rabbuna summa yaftahu bainana bil-haqq(i), wa
huwal-fattahul-‘alim(u).
Artinya
:
“Katakanlah, ‘Tuhan akan
mengumpulkan kita semua , kemudian Dia memberi keputusan antara kita dengan
benar, Dan Dialah Maha Pemberi Keputusan lagi Maha Mengetahui.’”
(QS Saba’/34:26)
Ayat
tersebut menjelaskan bahwa kelak aka nada pengadilan akhirat. Pengadilan
tersebut akan memutuskan nasib setiap orang berdasarkan amal perbuatannya selama hidup di
dunia. Allah swt Maha Mengetahui , maka keputusan yang diberikan pasti benar
dan adil.
Oleh
karena itu, kita diwajibkan berusaha sebelum mendapat keputusan terburuk.
Caranya adalah dengan melakukan amal perbuatan yang baik, rajin beribadah, taat
kepada orang tua ,gemar membantu atau menolong orang lain dan berusaha sekuat
tenaga untuk tidak melakukan hal-hal yang dilarang oleh ajaran Islam.
4.
Al-Qayyum ( Kekal dan
Terus-menerus Mengurus Makhluk-Nya)
Kata Al-Qayyum
dalam Al-Qur’an disebut sebanyak tiga kali, yaitu :
1. Pada Surah Al-Baqarah/2:255,
pada ayat tersebut dijelaskan bahwa kata Al-Qayyum
yang dimaksud adalah Allah swt, yang
kekal dan terus-menerus mengurus makhluk-Nya (tanpa bantuan yang lain).
2.
Pada
Surah Ali’Imran:2 (…… yang
hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya)
Perhatikan Firman Allah berikut :
Allahu la ilaha illa
huwal-hayul-qayyum(u)
Artinya :
“Allah,
tidak ada Tuhan (Yang berhak disembah) melainkan Dia. Yang Hidup kekal lagi
terus menerus mengurus makhluk-Nya.” (QS Ali ‘Imran/3:2)
Kutipan arti terus menerus mengurus
makhluk-Nya, maksud nya adalah Dialah yang mengatur langit dan bumi serta
isinya dan Dia tidak memerlukan yang lain, tetapi Dialah yang diperlukan oleh
yang lainnya.
3. Surah Taha,20:111,
berkaitan dengan pemberian keadilan yang akan dilakukan Allah swt sendiri kelak dikemudian hari,
Allah swt tidak memerlukan bantuan yang lain , Allah swt adalah Tuhan Yang Maha
Berdiri sendiri. Perhatikan firman Allah berikut :
Wa’anatil-wujuhu lil-hayyil-qayyum(i), wa qad
khaba man hamala zulma(n).
Artinya :
“Dan tunduklah semua muka (dengan berendah diri) kepada Tuhan Yang
Hidup Kekal
Lagi senantiasa mengurus (makhluk-Nya). Dan
sesungguhnya telah merugilah orang
Yang melakukan kezaliman.”
(QS Taha/20:111)
Dari
tiga ayat diatas dapat dipahami bahwa kata Al-Qayyum memberikan penjelasan bahwa
Allah swt tidak membutuhkan bantuan dari siapapun.Tiga ayat itu juga
memberi gambaran betapa kuasanya Allah swt dalam hal menciptakan alam seisinya,
memenuhi kebutuhan seluruh makhluk-Nya, memberikan petunjuk kepada manusia
dengan menurunkan kitab-kitab suci-Nya dan menegakan keadilan kelak dikemudian
hari.Allah swt Maha Berdiri Sendiri, segala yang dikehendaki-Nya dan segala
yang diciptakan-Nya tidakj membutuhkan bantuan siapa pun.
Berbeda
dengan manusia, sekadar makan nasi satu piring saja sudah membutuhkan bantuna
tidak kurang dari 5 sampai 10 orang. Penjelasannya adalah : harus ada petani
yang menanam padi, para pedagang beras yang ada dipasar lalu harus ada yang
memasak dan seterusnya . Oleh karena itu, setiap manusia pasti membutuhkan
bantuan orang lain.
Menyadari hal tersebut , manusia
wajib mengedepankan tolong menolong,
saling membentu. Tidak sepantasnya manusia menyombongkan diri, egois, tidak
menghiraukan orang lain, apalagi bermusuhan. Semampu apapun , manusia tetap
membutuhkan bantuan orang lain. Manusia adalah makhluk social , tidak dapat
hidup sendiri, setiap kebutuhannya pasti membutuhkan peran orang lain.
5.Al-Hadi (Yang Maha Pemberi Petunjuk)
Al-Hadi artinya adalah Maha Pemberi Petunjuk.
Maksudnya adalah Allah swt memberikan petunjuk atau hidayah kepada
hamba-hamba –Nya yang dikehendaki. Petunjuk tersebut berupa kebenaran agama, sehingga
mampu membimbing kearah kbenaran dan keimanan kepada Allah swt. Firman Allah
swt :
Innaka la tahdi man ahbabta wa lakinnallaha yahdi
may yasya’(u), wa huwa a’lamu bil-muhtadin(a).
Artinya :
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk
kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah swt memberi petunjuk kepada orang yang
dikehendaki-Nya, dan Allah swt lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima
petujuk. (QS Al-Qasas/28:56)
Ayat
diatas menegaskan bahwa hanya Allah swt saja
yang dapat memberi petunjuk . Hanya Dia lebih mengetahui orang yang
patut dan mau menerima petunjuk itu . Betapa berharga nya petunjuk atu hidayah
Allah swt itu sehingga hanya Allah swt sendirilah yang bias memberi hidayah
tersebut kepada hamba-hamba-Nya.
Para
nabi dan rasul hanya diberi tugas untuk menyampaikn ajaran agama dan mengajak umat beriman kepada
Allah swt . Tetapi mereka tidak dapat memberi hidayah kepada umatnya.
Sebagai contoh, bagaimana Nabi Nuh as mengajak
anaknya untuk beriman Dan bagaimana Nabi Ibrahim mengajak ayahnya untuk tidak
menyembah berhala? Begitu pula Nabi Muhammad saw tidak henti-hentinya menmgajak
pamannya untuk beriman kepada Allah swt. Apa hasilnya? Putra Nabi Nuh as, ayah
Nabi Ibrahim, serta paman Nabi Muhammad saw (Abu Thalib), mereka sampai
meninggal tetap tidak mau beriman kepada Allah swt. Ini membuktikan bahwa yang
dapat memberikan hidayah hanyalah Allah swt.
Bagi
yang dikehendaki Allah swt, menerima hidayah berupa kebenaran iman dan islam
tidaklah sulit. Sebagai Muslim kita wajib bersyukur telah mendapat hidayah-Nya.
Caranya adalah tetap menjaga dan memelihara keimanan dan keislaman tersebut,
antara lain dengan tetap melaksanakan perintah Allah swt dan menjauhi larangan-Nya sesuai pengetahuan
dan kemampuan kita.
Juka
Allah menghendakiu, siapa saja akan mendapat hidayah tersebut, siapa pun
orangnya. Orang yang semula tidak beriman , karna mendapat hidayah dari Allah
swt, kemudian menjadi beriman . Kamu ingat kisah Umar bin Khattab! Simak
penggalan cerita berikut :
Kisah Teladan
Kisah Umar bin Khattab
Semula Umar bin Khattab sangat membenci Islam, bahkan memusuhi setiap
orang masuk Islam. Namun, setelah ia mendapat hidayah dari Allah swt lantaran
mendengar bacaan Al-Qur’an yang dibaca
Fatimah adik Umar bin Khattab, sikap kebencian Umar kepada Islam
berubah. Ia menjadi menyenangi Islam. Bahkan sejarah mencatat dirinya sebagai
salah satu Khulafa’ur –Rasyidin yang sangat terkenal membela agama Islam.
6. As-Salam: (Yang Mahasejahtera)
Kata
“As-Salam” artinya adalah “Yang Mahasejahtera” Kata As-Salam dalam Al-Qur’an
hanya disebut sekali yaitu pada Surah Al-Hasyr:23
Huwallahulplazi
la ilaha illa huw(a),
al-malikul-quddusus-salamul-mu’minul-muhaiminul-‘azizul-jabbarul-mutakabbir(u),
subhanallahi’amma yusrikun(a).
Artinya
:
“Dialah Allah yang tiada Tuhan
selain Dia. Raja Yang Mahasuci, Yang Mahasejahtera, Yng Mengaruniakan Keamanan,
Yang Maha memelihara, Yang Mahaperkasa, Yang Mahakuasa, Yang memiliki segala
keagungan, Mahasuci, Allah dari apa yang mereka persekutukan.”
(QS Al-Hasyr/59:23)
Sesuai penjelasan Al-Qur’an kata
“As-Salam” memiliki beberapa arti yaitu :
a. Allah
terhindar dari aib dan kekurangan.
b. Hanya
Allahlah yang menyelamatkan makhluk-Nya dari siksa Neraka
c. Yang
memberi salam kepada hamba-hamna-Nya kelak di surge (QS Yasin:58)
Dari ketiga makna As-Salam sebagaimana kutipan di atas
dapat dipahami bahwa Allah adalah Zat yang baik dan mulia, tidak ada sedikit
pun pada diri Allah suatu keburukan . Dia pemilik segala kebaikan dan
keselamatan.
Allah juga sebagai sumber keselamatan
dan kebaikan , artinya jika segalanya dilakukan atas dasar keyakinan dan
kebenaran yang bersumber dari Allah akan mendatangkan keselamatan dan
kesejahteraan.. Karena keselamatan dan kebaikan semata-mata bersumber dari
Allah swt.
Sebaliknya jika segala hal yang
dilakukan bertentamngan dengan apa yang dikehendaki Allas, maka akan
menimbulkan keburukan dan kemudaratan bagi dirinya maupun orang lain.
Keburukan yang
dirasakan oleh hamba-hambaNya pada dasarnya bersumber dari tindakan yang
dilakukan, bukan bersumber dari Allah. All;ah adalah zat pemilik segala kebaikan dan keselamatan.
7.
Al-Khaliq: (Yang Maha
Pencipta)
Kata “Al-Khaliq” dalam Al-Qur’an disebut tidak
kurang dari 150 kali.Kata Al-Khaliq diambil dari kata “Khalq” yang berarti “mengukur atau
memperhalus”.Kemudian arti tersebut dimaknai secara luas yakni”menciptakan dari
tiada”.” Menciptakan tanpa satu contoh terlebih dahulu” Beberapa ayat yang
menunjukan makna menciptakan adalah sebagai berikut :
a.
QS
Al-Alaq1-2
“
Iqra’bismi
rabbikal-lazi khalaq(a). Khalaqal-insana min’alaq(in)
Artinya
:
“Bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah Menciptakan manusia dari segumpal darah.”
(QS Al_Alaq/96:1-2)
b.
QS
At-Tin:4
Laqad
khalaqnal fi ahsani taqwim(in).
Artinya
:
“ Sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”
(QS At-Tin/95:4)
Kata
“Al-Khaliq” yang dejelaskan dalam Al-Qur’an memberi gambaran tentang kehebatan
dan kebesaran Allah dalam ciptaan-Nya. Betapa tidak! “Dia menciptakan dari tiada”,” Menciptakan tanpa satu contoh terlebih
dahulu”.Segala ciptaan-Nya sangat sempurna, kesempurnaan tersebut meliputi
bentuk, ukuran, fungsi, sifat dan kegunaannya, yang semuanya diciptakan dari
tidak ada menjadi ada.Hal tersebut dilakukan Allah tanpa bantuan siapapun,
karena Allah memiliki sifat Mahakuasa, Maha Mengetahui dan berbagai sifat mulia
lainnya, sehingga segala yang diciptakan menggambarkan betapa hebatnya Allah.
Untuk lebih memahami bahwa Allah
adalah “Al-Khaliq” yakni Tuhan Yang Maha Pencipta, simak beberapa pernyataan
berikut ini :
·
Pergantian siang dan malam selalu
berjalan dengan baik. Adakah manusia yang mampu menciptakan dan mengaturny?
·
Cermatilah baik-baik tubuhmu, hewan atau
tumbuhan disekitarmu. Betapa semuanya tercipta dari detai-detai yang sempurna.
Mungkinkah manusia mampu melakukannya?
·
Pikirkanlah bahwa tidak ada seorang
manusia pun yang mempunyai sidik jari yang sama.
8.
Al-Gaffar: (Yang Maha
Pengampun)
Allah swt memiliki sebutan “Al-Gaffar”
dan Al-Gafur”. Keduanya memiliki arti yang sama , yakni Yang Maha Pengampun.
Kata “Gafur” disebut dalam
Al-Qur’an sebanyak 91 kali, jauh lebih banyak dari “Al-Gaffar” yang hanya
disebut hanya lima kali yakni pada Surah Nuh ayat 10, Surah Taha ayat 83, Surah
At-Taubah ayat 117 dan Surah Az-Zumar ayat 53.
“Al-Gaffar”
dan “Al-Gafur” diambil dari kata “Gafara” yang berarti menutup. Masalah
yang perlu dipahami adalah siapa yang
menutupi dan apa yang ditutupi?Sudah barang tentu yang menutupi adalah
Allah swt sedangkan yang ditutupi adalah manusia. Untuk mengetahui lebih
lanjut, simak uraian berikut :
Ada tiga hal yang ditutupi oleh Allah atas keadaan manusia yaitu :
Pertama
: Yang ditutupi oleh Allah dari
hambaNya adalah keadaan jasmani yang
tidak
sedap dipandang mata. Allah menutupinya dengan cara
melengkapinya
dengan kelebihan disisi lain.
.
Kedua
: Allah senantiasa menutupi
bisikan hati atau kehendak buruk dengan cara
tak
seorangpun mengetahui isis hati dan kehendak buruk seserang.
Kecuali
Allah Swt dan dirinya sendiri.Apa yang akan terjadi jik
kehendak
dan keburukan hati Seseorang diketahui oleh orang lain. Hal
tersebut
akan mengganggu dan
Menyebabkan
berbagai kesulitan dalam kehidupan ini. Hal tersebut
ditutupi
olehAllah agar manusia memiliki kesempatan untuk melakukan
.hal-hal yang baik
Ketiga ; Perbuatan dosa dan segala pelanggaran
manusia, yang seharusnya dapat
Diketahui
umum, namun tidak sedikit dosa dan
p[elanggaran manusia
tidak
ada Yang mengetahuinya. Hal
tersebut merupakan anugerah Allah, bahkan Allah Berjanji akan
mengganti kesalahan dan dosa tersebut
dengan
imbalan kebaikan Jika yang bersangkutan mau kembali dan.
mohon
ampunan Allah swt
Dari tiga hal yang dilakukan Allah swt tersebut, dapat kita pahami bahwa Allah swt memiliki
cara untuk memberikan ampunan kepada hambaNya karena Allah Maha Pemberi
Ampunan, salah satunya adalah menutupi keburukan hamba dari pandangan orang
lain.
9.
Al-‘Adlu: (Yang Mahaadil)
Kata “Al-‘Adlu termasuk salah satu Al-Asma’ul-Husna .Kata tersebut
menunjukan bahwa Allah swt adalah pelaku Yang Mahaadil.Tindakan adil yang
dilakukan Allah swt sangat sempurna, tanpa cacat sedikit pun. Keadilan Allas
swt berlaku untuk seluruh makhluk
ciptaanNya. Allah swt dalam berlaku adil tidak pernah pilih kasih..
Namun dalam Al-Qur’an tidak ditemukan kata Al-‘Adlu yang menunjukan
sebagai Al-Asma’ul-Husna atau sifat Allah, tetapi banyak sekali ayat Al-Qur’an
yang menjelaskan tentang kedilan yang dilakukan oleh Allah swt, antara lain
diterangkan dalam kandungan Al-Qur’an Surah Al-Infitar:7.
Allazi khalaqaka fa sawwaka fa
‘adalak(a).
Artinya:
“
Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan
(susunan tubuh)mu seimbang.” (QS Al-Infitar/82:7)
Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah
telah memberikan keseimbangan pada diri
manusia dengan ukuran yang cukup sesuai
kemampuan dan peranan manusia, sehingga manusia dengan ukuran dan kemampuannya
mampu untuk berbuat adil di muka bumi.
10.
As-Sabur (Yang Mahasabar)
Imam Gazali mengartikan As-Sabur sebagai
sifat Allah yang Mahasabar dalam melakukan sesuatu, semua dilakukan sesuai
dengan ketentuan yang ada. Dia tidak menundanya dari waktu yang ditentukan ,
Dia tidak mempercepat waktunya sehingga tergesa-gesa. Sifat tergesa-gesa dan
suka menunda sesuatu hanya dimiliki oleh makhlukNya..
Allah swt menerangkan masalah sabar
dalam Al-Qur’an tidak kurang dari seratus kali. Semuanya berkaitan dengan
perbuatan manusia , antara lain perintah bersabar, memuji kesabaran dan
orang-orang sabar, sifat kesabaran serta manfaatnya, dan ancaman bagi
orang-orang yang tidak sabar. Pada intinya, kedudukan tertinggi akan diperoleh
seseorang karena kesabarannya.
Diantara ayat Al-Qur’an yang
menjelaskan masalah sabar antara lain :
QS As-Sajdah:24, QS Al-A’raf:137, QS
Az-Zumar:10.
Adapun kesabaran yang dijelaskan dal Al-Qur’an antara lain :
a. Bersabar
dalam mengerjakan ibadah (QS Taha: 132)
b. Bersabar
dalam menghadapi musibah (QS Al-Baqarah:155)
c. Sabar
dalam menahan hawa nafsu
Kegiatan Siswa
Buatlah catatan singkat
yang berkaitan dengan penerapan pengalaman salah satu dari 10 Al-Asma’ul-Husna
yang dapat dilakukan sehari-hari!
Contoh :
As-Sabur, Artinya Allah
Mahasabar, yang dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari antara lain:
1.
Penuh kesungguhan dan tidak putus asa
dalam melaksanakan tugas sehari-hari.
2.
Sabar dalam menerima musibah atau
kesulitan yang dihadapi sehari-hari, tidak mudah marah dan lain sebagainya.
Rangkuman
·
Memahami Al-Asma’ul Husna dapat menambah
keimanan kepada Allah swt.
·
Pemahaman terhadap Al-Asma’ul Husna
dapat membimbing sikap,perilaku, dan tindakan yang baik.
·
Manusia diperkenankan untuk meneladani
sifat-sifat Allah swt dalam Al-Asma’ul Husna, dan diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
·
Nama-nama yang bagus dan mulia sebanyak
99 sebagaimana dalam Al-Asma’ul Husna adalah sebutan lain dari nama Allah swt.
99 Al-Asma’ul Husna disebutkan sendiri oleh Allah swt dalam Al-Qur’an, antara
lain Al-Aziz,Al-Wahhab, Al-Fattah, Al- Qayyum, Al- Hadi, As-Salam, Al-Khaliq,
Al-Gaffar, Al-‘Adlu, As- Sabur.
·
Memahami makna Al-Asma’ul Husna dapat
membimbing hati dan meningkatkan iman. Allah swt menganjurkan agar membiasakan
berzikir dan mengawali doa dengan menyebut Al-Asma’ul Husna.