Sabtu, 30 November 2013

SK II PAI SMP kls VII SMT 1 Iman Kepada Allah 1


IMAN KEPADA ALLAH SWT

            Adanya alam semesta beserta isinya, termasuk manusia dengan segala kelebihan dan kekurangannya pasti ada yang menciptakan. Siapa dia? Sudah tentu “Sang Pencipta” Dialah Allah SWT. Untuk mengakui kebenaran dan keberadaan Allah SWT dibutuhkan keyakinann dalam hati, mengakui dan membenarkan tentang adanya Allah SWT.
            Bagaimana caranya untuk mengetahui dan meyakini adanya Allah? Banyak hal yang dapat kita lakukan, antar lain :
a.          Mencari informasi dari sumber Al-Qur’an atau hadist yang dapat menjelaskan keimanan kepada Allah secara benar. Caranya dengan “Membaca ayat-ayat AL-Qur’an yang menjelaskan tentang sifat-sifat Allah SWT.”
b.        Memahami kandungan ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang iman kepada Allah SWT.
c.         Menemukan tanda-tanda adanya Allah melalui pemikiran, pengamatan dari berbagai gejala alam, sehingga dapat menambah keimanan kepada Allah SWT.
d.        Meyakini dalam hati dan menampilkan dalam perilaku sehari-hari sebagai perwujudan iman kepada Allah, karena iman yang benar dapat mendorong manusia untuk melakukan hal-hal yang baik dan menjauhi hal-hal yang buruk dan merugikan.
Untuk lebih jelasnya simak uraian berikut.

A.      Membaca Ayat Al-Qur’an Yang Berkaitan Dengan Sifat-Sifat Allah
1.      Mengenal Sifat Allah SWT
Allah SWT dengan segala maha sempurnanya memiliki tiga sifat pokok, yaitu “sifat wajib, sifat mustahil, dan sifat jaiz”.

Sifat Wajib     : Sifat-sifat kesempurnaan yang pasti dimiliki oleh Allah SWT,                                  jumlahnya ada 13, sebagian ulama berpendapat jumlah sifat wajib ada 20.
Sifat Mustahil : Yakni sifat-sifat lemah yang tidak mungkin dimiliki oleh  Allah SWT. Merupakan kebaikan dari sifat wajib sehingga jumlahnya sama dengan sifat wajib.
Sifat Jaiz          :   Sifat yang serba mungkin bagi Allah SWT sesuai dengan kehendak-NYA.
2.      Membaca ayat Al-Qur’an yang menjelaskan sifat-sifat Allah SWT
Carilah ayat-ayat yang berkaitan dengan Allah SWT : “Wujud, Qidam, Baqa, Mukhalafatu lilhawadisi, Qiyamuhu binafsihi, Wahdaniyyah, Qudrah, Iradah, Ilmun, Hayyah, Sama, Basar, dan Kalam” dalam table berikut. 

B.     Menyebutkan Arti Ayat-Ayat Al-Qur’an Yang Berkaitan Dengan Sifat-Sifat Allah
Para ahli ilmu kalam mengelompokan sifat Allah menjadi (3) tiga bagian.
            Dengan memahami sifat-sifat Allah sebagaimana rincian di atas kita dapat memahami betapa agung dan mulianya Allah. Untuk lebih jelasnya simak uraian berikut.!
1.      Wujud berarti ada. Sifat mustahilnya ‘Adam’ berari tidak ada.
Tidak mudah untuk membuktikan bahwa Allah itu ada, kecuali bagi orang yang beriman. Bagaimana dengan kita? Memang kita dapat melihat Allah, tetapi dapat menyaksikan ciptaan-Nya yang berupa alam semesta. Dengan perantara akal sehat, kita dapat membenarkan bahwa alam semesta dengan segala isinya pasti ada yang membuat, Dialah Allah SWT. Dialah yang mengadakan segala sesuatu dan dia pulalah yang menciptakan alam semesta ini ada.
Bukti lain bahwa Allah itu ada dan Dia pula lah yang menciptakn alam semesta dapat disimak dalam Al-Qur’an Surah Al-Ara’f, 7 ayat 54
Artinya :
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam hari, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Tuhan semesta alam.” (QS Al-A’raf/7:54)

            Perhatian bagian ayat yang berwarna biru. Bagian tesebut menunjukan arti bahwa Allah bersifat Wujud.

2.      Qidam artinya dahulu. Sifat mustahilnya hudus berarti baru.
Maksudnya, “ adanya Allah adalah yang paling awal sebelum adanya alam semesta ini “. Adanya Allah berbeda dengan adanya alam semesta beserta isinya. Perbedaan tersebut terdapat pada kejadian dan prosesnya.
            Coba perhatikan contoh berikut!
·         Adanya hujan karena didahului adanya penguapan air laut.
·         Terjadinya pemuaian  benda logam karena adanya panas.
Berbeda dengan adanya Allah, adanya Allah tidak didahului oleh sebab-sebab tertentu, karena Allah Zat yang paling awal. Allah adalah pencipta alam semesta, tidak mungkin hasil ciptaanya lebih dulu dari Sang Penciptanya.
Artinya :
“Dialah yang Awal dan yang akhir yang Zhahir dan yang Bathin dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu”. (QS Al-Hadid/57:3)
Perhatian bagian ayat yang berwarna biru. Bagian tesebut menunjukan arti bahwa Allah bersifat Qidam.

3.      Baqa artinya kekal. Sifat mustahilnya Fana’artinya rusak.
Semua makhluk seperti manusia, binatang, tumbuhan, planet dengan segala isinya, pada saatnya akan mengalami kerusakan dan kehancuran. Manusia yang sewaktu hidupnya gagah perkasa, berharta dan berkuasa, akhirnya juga akan mati. Apapun wujudnya seluruh ciptaan Allah di dunia ini akan mengalami kerusakan, kecuali Allah, karena Allah SWT bersifat kekal (Baqa).
Allah memiliki sifat kekal, abadi, dan tidak akan mengalami kerusakan.
            Perhatikan firman Allah SWT :
Artinya :
Semua yang ada di bumi itu akan binasa.dan tetap kekal dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. (QS Ar-Rahman/55:26-27)

Perhatian bagian ayat yang berwarna biru. Bagian tesebut menunjukan arti bahwa Allah bersifat Baqa.
Memerhatikan keterangan dan ayat di atas, sudah sepatutnya setiap manusia menyadari betapa kecil dan lemahnya manusia itu. Betapa hinanya manusia ketika manusia bersikap sombong, mengaku dirinya kuat sehingga melupakan Sang Penciptanya. Betapa pun kuatnya orang tersebut, pada akhirnya juga akan mati dan rusak, dan hanya amal perbuatannya yang membuktikan dirinya sebagai orang yang mulia atau hina.

4.      Mukhalafatuhu Lilhawadisi, artinya berbeda dengan makhluk. Sifat mustahilnya mumasalatuhu Lilhawadisi, artinya serupa dengan makhluk.
Sifat ini menjelaskan bahwa Sang Pencipta berbeda dengan hasil ciptaanya. Perbedaan tersebut meliputi wujud, sifat dan keberadaan-Nya. Allah sebagai pencipta tentunya berbeda dengan ciptaan-Nya. Coba perhatiaknn beberapa pertanyaan berikut!
·         Affandi seorang pelukis terkenal , adakah kesamaan dengan hasil lukisannya?
·         Marconi penemu radio, adakah kesamaan dengan hasil penemuannya?

Beberapa pertanyaan di atas sekedar menjelaskan bahwa antara pencipta dan yang diciptakan tidak ada kesamaan. Begitu pula Allah dengan sifat “Mukhalafatuhu Lilhawadisi” menunjukan bahwa Allah tidak serupa dengan ciptaan-Nya. Perhatikan firman Allah SWT :   Artinya
                             Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia. Dan Dia-lah yang Maha mendengar dan melihat.
(QS As-Syura/42:11)

Perhatiakn ayat yang berwarna biru. Bagian tersebut menunjukan arti bahwa Allah bersifat “Mukhalafatuhu Lilhawadisi”.
Memahami dan menghayati sifat Allah ini, akan memperkokoh keimanann kita. Kita tidak akan terjebak pada paham tahayul dan syirik, yakni menambah selain Allah atau menyekutukannya. Tak ada satu pun ciptaan Allah yang pantas disembah, karena perbuatan tersebut termasuk perbuatan yang hina dan merendahkan martabat manusia itu sendiri.

5.      Qiyamuhu Binafsihi, artinya Allah itu berdiri (eksis) sendiri tanpa bantuan yang lain. Sifat mustahilnya Qiyamuhu Bigairihi, artinya Allah berdiri(eksis) dengan batuan yang lain.
Sifat ini menunjukan bahwqa Allah tidak sama dengan mahluknya. Keberadaan mahluk Allah karena bantuan yang lain. Alam bukan ada karena dirinya. Manusia ada karena diadakan oleh Allah karena melalui perantara kedua orang tua. Bahkan manusia tidak bisa mempertahankan hidupnya tanpa bantuan orang lain. Pendek kata, semua mahluk yang ada di muka bumi ini tidak dapat hidup tanpa bantuan yang lain. Mereka saling membutuhkan satu dengan yang lain. Firman Allah SWT :
:           Artinya
“Dan Katakanlah: "Segala puji bagi Allah yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya. (QS As-Syura/42:11)

Perhatiakn ayat yang berwarna biru. Bagian tersebut menunjukan arti bahwa Allah bersifat Qiyamuhu Binafsihi”.
Bagaiman bentuk penghayatan terhadap sifat ini? Kita dituntut untuk bersikap mandiri, tidak menjadi beban orang lain. Tetapi kita juga sadarbahwa yang dapat berdiri (eksis) sendiri hanya Allah. Kita selalu membutuhkan bantuan orang lain. Dengan demikian kita diharapkan akan menyadari arti pentingnya berbuat kebajikan. Karena itu, tetaplah Allah memerintahkan kita untuk ta’awun (saling menolong) untuk kebajikan dan takwa.
Firman Allah SWT :
Artinya :
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. (QS Al-Maidah/5:2)

6.      Wahdaniyah, artinya esa atau tunggal. Sifat mustahilnya ta’addud, artinya terbilang atau lebih dari satu.

Firman Allah SWT
Artinya :
“Allah berfirman: "Janganlah kamu menyembah dua Tuhan; Sesungguhnya Dialah Tuhan yang Maha Esa, Maka hendaklah kepada-Ku saja kamu takut".(QS An-Nahl/16:51)

Perhatiakn ayat yang berwarna biru. Bagian tersebut menunjukan arti bahwa Allah bersifat Wahdaniyah”.
Keesaan Allah itu mutlak. Artinya bahwa Allah itu benar-benar esa, baik dalam sifat, zat maupun perbuatan-Nya. Pemahaman terhadap keesaan Allah yang semacam ini tentu mudah dipahami
Meyakini keesaan Allah dalam ajaran islam adalah hal prinsip, sehingga seseorang dianggap muslim atau tidak, tergantung pada pengakuan terhadap keesaan Allah. Ini terbukti dengan seseorang dianggap muslim setelah ia bersaksi terhadap keesaan Allah, yakni membaca syahdat taubid. Meyakini keesaan Allah juga merupakan inti ajaran para rosul sejak Nabi Adam as sampai Nabi Muhammad SAW
Mustahil Allah lebih dari satu. Apabila ini terjadi sudah pasti tidak akan terwujud alam semesta yang teratur ini. Keteraturan alam semesta justru menunjukan keesaan Allah SWT. Coba renungkan apa yang terjadi jika ada lebih dari satu Tuhan yang mengatur ala mini.

7.      Qudrah artinya berkuas. Sifat mustahilnya’ ajzun, berarti lemah.
Kekuasaan Allah adalah kekuasaan yang sempurna. Ini karena kekuasaan Allah adalah kekuasaan yang tidak terbatas. Hal ini tentu berbeda dengan manusia yang mempunyai kelemahan dan keterbatasan. Salah satu contoh ketidak batasan kekuasaan Allah adalah apapun yang menjadi kehendak Allah tidak ada penghalang sama sekali.

Firman Allah SWT
Artinya :
Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu. QS Al-Baqorah/2:20)

Perhatiakn ayat yang berwarna biru. Bagian tersebut menunjukan arti bahwa Allah bersifat Qudrah”.
Penghayatan terhadap sifat ini akan memunculkan kesadaran bahwa kita adalah mahluk yang lemah. Karena lemah maka sewajarnya kita memohon bantuan, baik dengan sesama kita maupun kepada Allah. Ujungnya kita akan menjadi manusia yang rendah hati tidak arogan maupun takabur.

8.      Iradah artinya berkehendak atau mempunyai kemampuan. Sifat mustahilnya Karabah artinya terpaksa.
Allah memiliki sifat selalu berkehendak. Kehendakan Allah sesuai kemauan Allah sendiri tanpa ada rasa terpaksa atau dipaksa pihak lain. Kehendak Allah tidak dapat dipengaruhi oleh pihak lain. Manusia juga mempunyai kehendak terhadap sesuatu, namun kehendak tersebut sangat terbatas. Yang membatasi kehendak manusia adalha kemampuan yang dimiliki oleh manusia itu sendiri. Coba, perhatiakn ungkapan berikut :
·         Manusia boleh berkehendak, tetapi Allah SWT jualah yang menentukan-Nya
·         Maksud hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai
·         Sepandai-pandai tupai melompat akhirnya jatuh juga
·         Di atas langit masih ada langit
        Dari beberapah ungkapan di atas menunjukan manusia memiki keterbatasan, sedang Allah memiliki segala kehendak yang tidak terbatas. Meskipun demikian, Allah memberi kebebasan kepada manusia, yakni kebebasan untuk berusaha dan berkehendak. Namun, semuanya terpulang pada kehendak Allah. Artinya berhasil atau gagal tergantung pada kehendak Allah. Perhatikan firman Allah SWT:
Artinya :
“Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" Maka terjadilah ia. QS Yasin/36:82)

Perhatiakn ayat yang berwarna biru. Bagian tersebut menunjukan arti bahwa Allah bersifat “Iradah”.
Kita perlu menghayati sifat ini. Dengan demikian, akan muncul suatu kesadaran bahwa yang berlaku adalah kehendak Allah. Karena itu, setelah kita berkeinginan dan berusaha selanjutnya kita perlu berdo, memohon kepada Allah agar keinginan itu diperkenankan oleh Allah SWT. Dan kita pun selalu berusaha mendekatkan diri kepada-Nya.

9.    ilmun, artinya mengetahui, memiliki pengetahuan yang sangat sempurna atau pandai. Sifat mustahilnya jahlun artinya bodoh
            Segala yang ada di alam raya ini, yang kecil maupun yang besar, kelihatan maupun yang tersembunyi tidak ada yang terlepas dari pengetahuan Allah, Allah memiliki pengetahuan Maha luas. Sampai-sampai Allah membuat pengandaian jika air seluruh lautan dijadikan tinda dan seluruh pohon dijadikan alat tulisnya tak akan mampu menulis ilmu Allah. Ilmu yang diberikan oleh Allah hanya sedikit itu pun ternyata menusia dapat menghasilkan teknologi yang begitu canggih yang kadang-kadang kita tidak mampu untuk mengikuti dan memahaminya. Tentang sifat ‘ilmun ini, Allah swt berfirman :
         Artinya :
       “ …… Padahal Allah mengetahui apa yang di langit dan apa yang di bumi dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu?" (QS. Al Hujurat ayat 16)
       Perhatiakan bagian ayat yang berwana biru. Bagian tersebut menunjukkan arti bahwa Allah bersifat ‘ilmun.
       Sudahkah kamu menghayati sifat ‘ilmun ini? Dengan memahami sifat ‘ilmun kita akan berusaha meniru, yakni dengan menjadi orang yang berilmu. Dengan berilmu kita akan banyak mengetahui kekuasaan Allah dan akan menjadi orang yang banyak bersyukur. Akhirnya, kita pun mengakui bahwa diri kita tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kekuasanNya.

10.  Hayyah, artinya hidup, sifat mustahilnya mautun artinya mati
       Hidupnya Allah tentu berbeda dengan hidupnya manusia atau mahluk yang lain. Perbedaan itu antara lain :
1.      Allah hidup tanpa ada yang menghidupkan. Manusia dan mahluk hidup lain hidup karena dihidupkan oleh Allah swt
2.      Allah hidup tidak bergantung dengan yang lain, manusia hidupnya sangat bergantung dengan yang lain
3.      Allah hidup selama-lamanya, tidak mengalami kematian, bahkan mengantuk pun tidak. Manusia mengalami mati
Firman Allah swt ;
         Artinya :
       Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi… (QS. Al Baqarah ayat 255)
       Perhatiakan bagian ayat yang berwana biru. Bagian tersebut menunjukkan arti bahwa Allah bersifat ‘Hayyah.
       Allah Maha Hidup, tidak tidur, mengantuk pun tidak, apalagi mati, selama itu pula Allah selalu mengurus dan mengawasi seluruh mahluk ciptaanNya, termasuk manusia tanpa kecuali. Oleh karena itu, hendaknya kita berhati-hati dalam segala tindakan, karena segala gerak-gerik kita diawasi dan dicatat oleh Allah. Kelak di akhirat segala perbuatan kita akan kita pertanggungjawabkan.

11. Sama; artinya Allah mendengar. Sifat mustahilnya summun, artinya tuli
     Allah Maha mendengar, pendengaran Allah tidak terbatas dan tidak terhalang oleh jarak, ruang dan waktu. Pendengaran Allah tidak sama dengan pendengaran mahlukNya. Selirih apa pun suara, Allah mendengarnya.
     Menyadari bahwa Allah bersifat Sama’, dalam situasi apapun hendaknya kita senantiasa bertingkah laku, berbicara, bersikap dan berfikir atas dasar ingat dan yakin adanya Allah. Ini karena Allah selalu mendengar segala ucapan, gerak gerik manusia, baik yang terang terangan atau yang masih dalam bisikan hati.
     Berbeda dengan manusia, pendengarannya sangat terbatas, meski dalam jarak yang jauh suddah bisa diatasi dengan telepon atau pengeras suara, namun pendengaran manusia masih tetap terbatas. Suara yang pelan, suara tersebut tidak dapat didengarnya.
     Pendengaran manusia, juga mahluk lain mengalami perubahan. Umur semakin tua bisanya pendengaran makin berkurang. Begitulah keterbatasan manusia, ini tentu berbeda jauh dengan pendengaran Allah yang Maha sempurna. Allah swt berfirman :
Artinya :
berkatalah Muhammad (kepada mereka): "Tuhanku mengetahui semua Perkataan di langit dan di bumi dan Dialah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui". (QS. Al Anbiya ayat 4)
     Perhatikan bagian ayat yang berwarna. Bagian tersebut menunjukkan arti bahwa Allah bersifat Sama’.
     Perlunya kita menghayati sifat Allah ini, kita akan berhati-hati dalam berkata-kata. Kita akan berusaha berkata-kata yang baik-baik saja sebab ucapan kita akan selalu di dengar oleh Allah, berbisik pelan maupun keras. Kita tentu akan lebih memilih diam bila tidak mampu berbicara baik. Perkataan kita yang jelek akan dicatat dalam amalan yang jelek yang akan dihisab di hari kiamat kelak. Mulailah kita berlatih untuk hanya berbicara yang baik-baik saja.

12. Basar, artinya melihat. Sifat mustahilnya ‘umyun, artinya buta.
     Mustahil Allah buta karena Allah Maha Sempurna, termasuk sempurna termasuk penglihatanNya. Penglihatan Allah bersifat mutlak. Artinya penglihatan Allah tidak terbatas pada tempat maupun waktu. Allah melihat segala sesuatu, yang besar, yang kecil, yang nyata maupun yang tersembunyi. Kekuasaan Allah untuk melihat, tidak terhalang oleh apapun.
     Bagaimana sikap kita setelah mengetahui bahwa Allah bersifat Basar? Dengan memahami sifat basar ini, kita tentu lebih berhati-hati dalam berbuat. Kita tentu tidak bias membohongi atau menyembunyikan kebohongan di hadapan Allah, karena Allah akan melihatnya. Mungkin setiap orang dapat kita bohongi, tetapi Allah tetap akan mengetahuinya, dan kelas di kemudian hari akan ditunjukkan segala perbuatan dan kebohongan itu.
Allah swt menegaskan dalam Al Qur’an :
Artinya :
Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah yang Maha Halus lagi Maha mengetahui.” (QS. Al An’am ayat 103)
     Perhatikan bagian ayat yang berwana biru. Bagian tersebut menunjukkan arti bahwa Allah bersifat basar.

13. Kalam, artinya berkata atau berfirman. Sifat mustahilnya bukmun artinya bisu.
     Bukti bahwa Allah bersifat kalam adalah kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada para Nabi dan RasulNya. Firman Allah swt :
Artinya “
“….dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung”. (QS. An Nisa ayat 164)
Perhatikan bagian ayat yang berwarna biru. Bagian tersebut menunjukkan arti bahwa Allah bersifat kalam.
     Kamu masih ingat ada berapa kitab Allah yang telah diturunkan kepada para nabi dan rasul? Salah satu kitab tersebut adalah Al Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhamad saw.
     Dengan cara itulah sebagian cara Allah berbicara dengan umat manusia yakni dengan menurunkan wahyu kepada para nabi dan rasulNya. Jadi, mustahil kalau Allah bersifat bukmun.
     Dengan memahami Allah bersifat kalam, ada hal penting yang dapat kita ambil manfaatnya, antara lain :
a.       Memahami cara Allah memerhatikan umat manusia, yakni dengan menurunkan kitab-kitabNya
b.      Memahami cara Allah membimbing umat manusia dengan perantara para nabi dan RasulNya
c.       Manusia dapat melakukan hal-hal yang baik sesuai ajaran kitab Allah sebagaimana dalam kitab Allah tersebut.

C.   Menunjukan Tanda-Tanda Adanya Allah Swt
Untuk menunjukan tanda-tanda adanya allah dapat di lakukan dengan beberapa cara antara lain :
1.      Meyakinkan hati bahwa Allah itu ada
Coba simak kisah berikut ini!
a.      Dialog seorang anak dengan kiai tentang tuhan
Suatu hari ada seorang anak bernama markan,ia terkenal cerdas dan suka aneh aneh,bahkan ayahnya di buat jengkel dengan ulah serta pertanyaan aneh aneh yang ditanyakan kepadanya,salah satunya bertanya apakah tuhan itu ada.ayah markam berusaha menjawab sebisanya,tapi markam tetap tidak bisa menerima jawaban yang di berikan ayahnya. Akhirnya Markam menemui kiai terkenal di kampungnya dengan maksud bertanya tentang adanya tuhan, dengan gaya dan pertanyaan anehnya sebagai berikut:
Markam     : Apakah tuhan itu ada,pak kiai?
Kiai           : Ya jelas ada, masa tuhan tidak ada.
Markam     : Seperti apa Tuhan itu,pak kiai?
Kiai           : Kalau itu pertanyaanmu, maka tidak cukup di jawab hari ini.kamu datang lagikesini besok hari senin, karena hari ini sudah sore.mau apa tidak besok senin kesini ?                                                                                                                                                           
Markam     : Mau pak kiai ! Pada hari senin,markam benar-benar menemui pak kiai dengan    tetap bertanya tentang adanya Tuhan.
Kiai           : Mengapa kamu kesini ?
Markam     : Kata pak kiai saya kesini hari senin
Kiai           : Apakah kamu yakin kalau hari ini hari senin,bentuknya seperti apa,warnanya    seperti apa hari  senin itu? Kok kamu yakin kalau hari ini hari senin ?
Markam     : ….( diam dengan membingungkan keetika ditanya bentuk dddan warna hari senin, “Mengapa saya yakin betul kalau hari ini hari senin ya?”).
Kiai           : Mengapa kamu diam?
Markam     : Maaf pak kiai saya tidak bertanya tentang Tuhan,saya sudah tahu,bahwa untuk mengetahui danya tuhan cukup diyakini dalam hati.Terima kasih pak kiai saya mau pulang.Saya sudah tahubahwa tuhan itu ada (Markam bergumam dalam hati “Alhamdulillah” ini jawaban yang saya cari ).
b. Nabi Ibrahim Mencari Tuhan
Cerita ini berkisah ketika Nabi Ibrahim as mempertanyakan tentang keberadaan Allah swt.Siapa Tuhan Allah itu? Dimanakah dia berada?
       Dari beberapa pertanyaan tersebut, kemudian Nabi Ibrahim as melakukan pengamatan terhadap lingkungan. Pada saat Nabi Ibrahim as melihat gemerlap bintang dan bulan di langit, pada waktu malam hari serta melihat matahari di angkasa. Dalam benak Nabi Ibrahim bertanya, “Apakah ini Tuhan?” Namun, hati Nabi Ibrahim aas masih diliputi keraguan. Hatinya tidak yakin kalau semua yang dilihat adalah Tuhan. Ditengah kebingungannya itulah Allah menurunkan wahyu, yang member penjelasan bahwa yang dilihat adalah sebagian dari yang diciptakan Allah. Sedangkan Allah adalah yang menciptakan segala yang ada dilangit dan dibumi.
Dengan penjelasan dari wahyu Allah tersebut, Nabi Ibrahim as menemukan keyakinan dan kemantapan terhadap adanya Allah. Tindakan selanjutnya Nabi Ibrahim as mengadakan dialog dengan ayahnya yang terkenal sebagai pembuat berhala. Berhala dari hasil ayahnya itu yang dijadikan sebagai Tuhan oleh masyarakat disekitar Nabi Ibrahim as saat itu.
Dengan bekal keyakinan dan keimanannya pada Allah, kemudian Nabi Ibrahim as berani berbeda pendapat dengan orang-orang yang menyembah berhala. Tujuannya adalah memberikan penjelasan bahwa Tuhan yang selama ini mereka yakini dan mereka sembah adalah keliru. Tuhan yang sebenarnya harus disembah adalah Allah SWT. (bukan berhala, patung, dan yang lain.)
Cerita sari :
Nabi Ibrahim as meyakini adanya Allah SWT dengan cara mengamati dan memahami segala sesuatu yang diciptakan Allah. Dengan cara itu keyakinan Nabi Ibrahim as terhadap adanya Allah bertambah mantap, sehingga beliau memiliki keberanian untuk menyatakan dan melakukan tindakan berdasarkan apa yang diyakini bahwa Allah itu ada.  

2.      Mengamati dan Memikirkan Ciptaan Allah
Masalah: bagaimana cara menunjukkan tanda-tanda adanya Allah swt
1. Keterampilan     : Siswa dapat mengenal Allah swt
2. Alat dan Media : Lingkungan sekitar kelas, tanaman yang ada di sekitar kelas, ayat-ayat Al Quran  yang menjelaskan tentang iman kepada Allah swt
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk memahami dan meyakini adanya Allah swt. Salah satunya adalah dengan cara memahami dan memikirkan ciptaan Allah swt
Untuk memahami ciptaan Allah swt dapat dilakukan dengan cara mengamati segala ciptaanNya, seperti yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim as. Kamu juga dapat melakukan hal yang sama dengan cara mengamati dan memahami keanekaragaman yang terdapat di lingkungan kita dan memikirkan keanekaragaman tersebut, dan mempertanyakan siapakah yang menciptakannya. Agar lebih jelas coba lakukan rangkaian kegiatan berikut !
1.      lakukan pengamatan terhadap keanekaragaman tumbuhan di lingkunganmu/kelas.
2.      Pilih salah satu yang menarik perhatianmu
3.      Pikirkan dan tanyakan (dapat dengan cara diskusi) siapakah yagn menciptakanya
4.      Catat ke dalam table pengamatan hal-hal yang paling menarik perhatianmu.

3.    Menunjukkan Adanya Allah melalui dalil naqli
Untuk membuktikan adanya Allah dapat diketahui dari sumber dalil naqli, yakni dalil yang bersumber dari ayat Al quran. Dalam ayat Al Quran banyak diterangkan tentang nama, sifat dan keberadaan Allah. Semuanya menunjukkan bahwa Tuhan Allah benar-benar ada. Sebagimana yang telah kita pelajari. Salah satunya dapat disimak dalam ayat berikut :
Artinya :
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy[548]. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al A’raf ayat 54)
Pada ayat diatas ditunjukkan bahwa Allah benar-benar ada. Hal tersebut dapat diketahui melalui dalil naqli atau ayat Al quran dengan pernyataan sebagai berikut :

D.   Menampilkan Perilaku Sebagai Cermin Keyakinan akan Sifat-Sifat Allah swt
Beriman kepada Allah dapat dilakukan dengan cara meyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diwujudkan dalam bentuk sikap dan tindakan nyata. Untuk mewujudkan hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mengenali dan memahami sifat-sifat Allah serta mengamalkannya dalam bentuk tindakan nyata, antara lain :
1.      Melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya. Apalah artinya meyakini adanya Allah tetapi tidak melaksanakan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Hal yang terpenting dari iman adalah mewujudkan dalam bentuk tindakan nyata.
2.      Meneladani sifat-sifat Allah serta menampilkannya dalam perilaku sehari-hari dalam bentuk ucapan, sikap maupun tindakan. Sebagai contoh dapat disimak pada table berikut

Rangkuman
·         kita sebagai umat Islam meyakini bahwa yang menciptakan dan mengatur alam  semesta adalah allah swt. Untuk meyakini adanya allah swt di antaranya adalah dengan cara mempelajari,memahami,dan menghayati sifat-sifat allah .
·         sifat-sifat allah yang dimaksud adalah sifat wajib,sifat mustabil dan sifat jaiz. Dengan memahami makna dan menghayati sifat-sifst allah dapat kesempurnaan-nya. Dengan upaya demikian , lambat laun iman kita kepada Allah swt akan bertambah.

2 komentar: