IMAN KEPADA ALLAH SWT
Adanya alam semesta beserta isinya,
termasuk manusia dengan segala kelebihan dan kekurangannya pasti ada yang
menciptakan. Siapa dia? Sudah tentu “Sang Pencipta” Dialah Allah SWT. Untuk
mengakui kebenaran dan keberadaan Allah SWT dibutuhkan keyakinann dalam hati,
mengakui dan membenarkan tentang adanya Allah SWT.
Bagaimana caranya untuk mengetahui
dan meyakini adanya Allah? Banyak hal yang dapat kita lakukan, antar lain :
a.
Mencari informasi dari sumber Al-Qur’an atau
hadist yang dapat menjelaskan keimanan kepada Allah secara benar. Caranya
dengan “Membaca ayat-ayat AL-Qur’an yang menjelaskan tentang sifat-sifat Allah
SWT.”
b.
Memahami kandungan ayat Al-Qur’an yang
menjelaskan tentang iman kepada Allah SWT.
c.
Menemukan tanda-tanda adanya Allah
melalui pemikiran, pengamatan dari berbagai gejala alam, sehingga dapat
menambah keimanan kepada Allah SWT.
d.
Meyakini dalam hati dan menampilkan
dalam perilaku sehari-hari sebagai perwujudan iman kepada Allah, karena iman
yang benar dapat mendorong manusia untuk melakukan hal-hal yang baik dan
menjauhi hal-hal yang buruk dan merugikan.
Untuk
lebih jelasnya simak uraian berikut.
A. Membaca
Ayat Al-Qur’an Yang Berkaitan Dengan Sifat-Sifat Allah
1. Mengenal
Sifat Allah SWT
Allah
SWT dengan segala maha sempurnanya memiliki tiga sifat pokok, yaitu “sifat wajib, sifat mustahil, dan sifat jaiz”.
Sifat Wajib : Sifat-sifat kesempurnaan yang pasti
dimiliki oleh Allah SWT, jumlahnya ada 13, sebagian
ulama berpendapat jumlah sifat wajib ada 20.
Sifat Mustahil : Yakni
sifat-sifat lemah yang tidak mungkin dimiliki oleh Allah SWT. Merupakan kebaikan dari sifat wajib
sehingga jumlahnya sama dengan sifat wajib.
Sifat Jaiz : Sifat
yang serba mungkin bagi Allah SWT sesuai dengan kehendak-NYA.
2. Membaca
ayat Al-Qur’an yang menjelaskan sifat-sifat Allah SWT
Carilah ayat-ayat yang berkaitan dengan
Allah SWT : “Wujud, Qidam, Baqa,
Mukhalafatu lilhawadisi, Qiyamuhu binafsihi, Wahdaniyyah, Qudrah, Iradah,
Ilmun, Hayyah, Sama, Basar, dan Kalam” dalam table berikut.
B.
Menyebutkan
Arti Ayat-Ayat Al-Qur’an Yang Berkaitan Dengan Sifat-Sifat Allah
Para ahli ilmu kalam mengelompokan sifat Allah
menjadi (3) tiga bagian.
Dengan
memahami sifat-sifat Allah sebagaimana rincian di atas kita dapat memahami
betapa agung dan mulianya Allah. Untuk lebih jelasnya simak uraian berikut.!
1.
Wujud
berarti ada. Sifat mustahilnya ‘Adam’
berari tidak ada.
Tidak mudah untuk
membuktikan bahwa Allah itu ada, kecuali bagi orang yang beriman. Bagaimana
dengan kita? Memang kita dapat melihat Allah, tetapi dapat menyaksikan
ciptaan-Nya yang berupa alam semesta. Dengan perantara akal sehat, kita dapat
membenarkan bahwa alam semesta dengan segala isinya pasti ada yang membuat,
Dialah Allah SWT. Dialah yang mengadakan segala sesuatu dan dia pulalah yang
menciptakan alam semesta ini ada.
Bukti lain bahwa Allah
itu ada dan Dia pula lah yang menciptakn alam semesta dapat disimak dalam
Al-Qur’an Surah Al-Ara’f, 7 ayat 54
Artinya :
”Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang
telah menciptakan langit dan bumi dalam enam hari, lalu
Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang
mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan
bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah,
menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Tuhan semesta
alam.” (QS Al-A’raf/7:54)
Perhatian
bagian ayat yang berwarna biru. Bagian tesebut menunjukan arti bahwa Allah
bersifat Wujud.
2. Qidam artinya dahulu. Sifat mustahilnya hudus
berarti baru.
Maksudnya,
“ adanya Allah adalah yang paling awal sebelum adanya alam semesta ini “.
Adanya Allah berbeda dengan adanya alam semesta beserta isinya. Perbedaan
tersebut terdapat pada kejadian dan prosesnya.
Coba
perhatikan contoh berikut!
·
Adanya
hujan karena didahului adanya penguapan air laut.
·
Terjadinya
pemuaian benda logam karena adanya
panas.
Berbeda
dengan adanya Allah, adanya Allah tidak didahului oleh sebab-sebab tertentu,
karena Allah Zat yang paling awal. Allah adalah pencipta alam semesta, tidak
mungkin hasil ciptaanya lebih dulu dari Sang Penciptanya.
“Dialah yang Awal dan yang akhir
yang Zhahir dan yang Bathin dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu”. (QS Al-Hadid/57:3)
Perhatian bagian ayat yang berwarna
biru. Bagian tesebut menunjukan arti bahwa Allah bersifat Qidam.
3. Baqa’ artinya kekal. Sifat mustahilnya Fana’artinya
rusak.
Semua
makhluk seperti manusia, binatang, tumbuhan, planet dengan segala isinya, pada
saatnya akan mengalami kerusakan dan kehancuran. Manusia yang sewaktu hidupnya
gagah perkasa, berharta dan berkuasa, akhirnya juga akan mati. Apapun wujudnya
seluruh ciptaan Allah di dunia ini akan mengalami kerusakan, kecuali Allah,
karena Allah SWT bersifat kekal (Baqa).
Allah
memiliki sifat kekal, abadi, dan tidak akan mengalami kerusakan.
Perhatikan
firman Allah SWT :
Artinya :
“Semua
yang ada di bumi itu akan binasa.dan tetap kekal
dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. (QS Ar-Rahman/55:26-27)
Perhatian bagian
ayat yang berwarna biru. Bagian tesebut menunjukan arti bahwa Allah bersifat Baqa.
Memerhatikan
keterangan dan ayat di atas, sudah sepatutnya setiap manusia menyadari betapa
kecil dan lemahnya manusia itu. Betapa hinanya manusia ketika manusia bersikap
sombong, mengaku dirinya kuat sehingga melupakan Sang Penciptanya. Betapa pun
kuatnya orang tersebut, pada akhirnya juga akan mati dan rusak, dan hanya amal
perbuatannya yang membuktikan dirinya sebagai orang yang mulia atau hina.
4. Mukhalafatuhu Lilhawadisi, artinya berbeda dengan makhluk. Sifat
mustahilnya mumasalatuhu Lilhawadisi,
artinya serupa dengan makhluk.
Sifat
ini menjelaskan bahwa Sang Pencipta berbeda dengan hasil ciptaanya. Perbedaan
tersebut meliputi wujud, sifat dan keberadaan-Nya. Allah sebagai pencipta
tentunya berbeda dengan ciptaan-Nya. Coba perhatiaknn beberapa pertanyaan
berikut!
·
Affandi
seorang pelukis terkenal , adakah kesamaan dengan hasil lukisannya?
·
Marconi
penemu radio, adakah kesamaan dengan hasil penemuannya?
Beberapa
pertanyaan di atas sekedar menjelaskan bahwa antara pencipta dan yang
diciptakan tidak ada kesamaan. Begitu pula Allah dengan sifat “Mukhalafatuhu Lilhawadisi” menunjukan
bahwa Allah tidak serupa dengan ciptaan-Nya. Perhatikan firman Allah SWT : Artinya
“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia. Dan
Dia-lah yang Maha mendengar dan melihat.
(QS
As-Syura/42:11)
Perhatiakn ayat
yang berwarna biru. Bagian tersebut menunjukan arti bahwa Allah bersifat “Mukhalafatuhu Lilhawadisi”.
Memahami dan
menghayati sifat Allah ini, akan memperkokoh keimanann kita. Kita tidak akan terjebak
pada paham tahayul dan syirik, yakni menambah selain Allah atau
menyekutukannya. Tak ada satu pun ciptaan Allah yang pantas disembah, karena
perbuatan tersebut termasuk perbuatan yang hina dan merendahkan martabat
manusia itu sendiri.
5. Qiyamuhu Binafsihi, artinya Allah itu berdiri (eksis) sendiri tanpa
bantuan yang lain. Sifat mustahilnya Qiyamuhu
Bigairihi, artinya Allah
berdiri(eksis) dengan batuan yang lain.
Sifat ini
menunjukan bahwqa Allah tidak sama dengan mahluknya. Keberadaan mahluk Allah karena
bantuan yang lain. Alam bukan ada karena dirinya. Manusia ada karena diadakan
oleh Allah karena melalui perantara kedua orang tua. Bahkan manusia tidak bisa
mempertahankan hidupnya tanpa bantuan orang lain. Pendek kata, semua mahluk
yang ada di muka bumi ini tidak dapat hidup tanpa bantuan yang lain. Mereka
saling membutuhkan satu dengan yang lain. Firman Allah SWT :
: Artinya
“Dan
Katakanlah: "Segala puji bagi Allah yang tidak mempunyai anak dan tidak
mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan
pula hina yang memerlukan penolong dan agungkanlah Dia dengan
pengagungan yang sebesar-besarnya. (QS
As-Syura/42:11)
Perhatiakn ayat
yang berwarna biru. Bagian tersebut menunjukan arti bahwa Allah bersifat “Qiyamuhu Binafsihi”.
Bagaiman bentuk penghayatan terhadap
sifat ini? Kita dituntut untuk bersikap mandiri, tidak menjadi beban orang lain.
Tetapi kita juga sadarbahwa yang dapat berdiri (eksis) sendiri hanya Allah.
Kita selalu membutuhkan bantuan orang lain. Dengan demikian kita diharapkan
akan menyadari arti pentingnya berbuat kebajikan. Karena itu, tetaplah Allah
memerintahkan kita untuk ta’awun (saling menolong) untuk kebajikan dan takwa.
Firman Allah SWT :
Artinya :
“Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. (QS Al-Maidah/5:2)
6.
Wahdaniyah, artinya esa atau tunggal. Sifat mustahilnya ta’addud, artinya terbilang atau lebih dari satu.
Firman
Allah SWT
Artinya :
“Allah
berfirman: "Janganlah kamu menyembah dua Tuhan; Sesungguhnya Dialah Tuhan yang Maha Esa, Maka hendaklah
kepada-Ku saja kamu takut".(QS
An-Nahl/16:51)
Perhatiakn ayat
yang berwarna biru. Bagian tersebut menunjukan arti bahwa Allah bersifat “Wahdaniyah”.
Keesaan Allah
itu mutlak. Artinya bahwa Allah itu benar-benar esa, baik dalam sifat, zat
maupun perbuatan-Nya. Pemahaman terhadap keesaan Allah yang semacam ini tentu
mudah dipahami
Meyakini keesaan
Allah dalam ajaran islam adalah hal prinsip, sehingga seseorang dianggap muslim
atau tidak, tergantung pada pengakuan terhadap keesaan Allah. Ini terbukti
dengan seseorang dianggap muslim setelah ia bersaksi terhadap keesaan Allah,
yakni membaca syahdat taubid. Meyakini
keesaan Allah juga merupakan inti ajaran para rosul sejak Nabi Adam as sampai
Nabi Muhammad SAW
Mustahil Allah
lebih dari satu. Apabila ini terjadi sudah pasti tidak akan terwujud alam
semesta yang teratur ini. Keteraturan alam semesta justru menunjukan keesaan
Allah SWT. Coba renungkan apa yang terjadi jika ada lebih dari satu Tuhan yang
mengatur ala mini.
7. Qudrah artinya berkuas. Sifat mustahilnya’
ajzun, berarti lemah.
Kekuasaan Allah
adalah kekuasaan yang sempurna. Ini karena kekuasaan Allah adalah kekuasaan
yang tidak terbatas. Hal ini tentu berbeda dengan manusia yang mempunyai
kelemahan dan keterbatasan. Salah satu contoh ketidak batasan kekuasaan Allah
adalah apapun yang menjadi kehendak Allah tidak ada penghalang sama sekali.
Firman Allah SWT
Artinya :
“Sesungguhnya
Allah berkuasa atas segala sesuatu. QS Al-Baqorah/2:20)
Perhatiakn ayat
yang berwarna biru. Bagian tersebut menunjukan arti bahwa Allah bersifat “Qudrah”.
Penghayatan terhadap sifat ini akan
memunculkan kesadaran bahwa kita adalah mahluk yang lemah. Karena lemah maka
sewajarnya kita memohon bantuan, baik dengan sesama kita maupun kepada Allah.
Ujungnya kita akan menjadi manusia yang rendah hati tidak arogan maupun
takabur.
8. Iradah artinya berkehendak atau mempunyai
kemampuan. Sifat mustahilnya Karabah artinya terpaksa.
Allah memiliki sifat selalu berkehendak.
Kehendakan Allah sesuai kemauan Allah sendiri tanpa ada rasa terpaksa atau
dipaksa pihak lain. Kehendak Allah tidak dapat dipengaruhi oleh pihak lain.
Manusia juga mempunyai kehendak terhadap sesuatu, namun kehendak tersebut
sangat terbatas. Yang membatasi kehendak manusia adalha kemampuan yang dimiliki
oleh manusia itu sendiri. Coba, perhatiakn ungkapan berikut :
·
Manusia
boleh berkehendak, tetapi Allah SWT jualah yang menentukan-Nya
·
Maksud
hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai
·
Sepandai-pandai
tupai melompat akhirnya jatuh juga
·
Di
atas langit masih ada langit
Dari beberapah ungkapan di atas menunjukan manusia memiki keterbatasan,
sedang Allah memiliki segala kehendak yang tidak terbatas. Meskipun demikian,
Allah memberi kebebasan kepada manusia, yakni kebebasan untuk berusaha dan
berkehendak. Namun, semuanya terpulang pada kehendak Allah. Artinya berhasil
atau gagal tergantung pada kehendak Allah. Perhatikan firman Allah SWT:
Artinya :
“Sesungguhnya
keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu
hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" Maka terjadilah ia. QS Yasin/36:82)
Perhatiakn ayat
yang berwarna biru. Bagian tersebut menunjukan arti bahwa Allah bersifat “Iradah”.
Kita perlu menghayati sifat ini. Dengan
demikian, akan muncul suatu kesadaran bahwa yang berlaku adalah kehendak Allah.
Karena itu, setelah kita berkeinginan dan berusaha selanjutnya kita perlu
berdo, memohon kepada Allah agar keinginan itu diperkenankan oleh Allah SWT.
Dan kita pun selalu berusaha mendekatkan diri kepada-Nya.
9. ‘ilmun,
artinya mengetahui, memiliki pengetahuan
yang sangat sempurna atau pandai. Sifat mustahilnya jahlun artinya bodoh
Segala yang ada di alam raya ini,
yang kecil maupun yang besar, kelihatan maupun yang tersembunyi tidak ada yang
terlepas dari pengetahuan Allah, Allah memiliki pengetahuan Maha luas.
Sampai-sampai Allah membuat pengandaian jika air seluruh lautan dijadikan tinda
dan seluruh pohon dijadikan alat tulisnya tak akan mampu menulis ilmu Allah.
Ilmu yang diberikan oleh Allah hanya sedikit itu pun ternyata menusia dapat
menghasilkan teknologi yang begitu canggih yang kadang-kadang kita tidak mampu
untuk mengikuti dan memahaminya. Tentang sifat ‘ilmun ini, Allah swt berfirman :
Artinya :
“
…… Padahal Allah mengetahui apa yang di
langit dan apa yang di bumi dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu?"
(QS. Al Hujurat ayat 16)
Perhatiakan
bagian ayat yang berwana biru. Bagian tersebut menunjukkan arti bahwa Allah
bersifat ‘ilmun.
Sudahkah
kamu menghayati sifat ‘ilmun ini? Dengan memahami sifat ‘ilmun kita akan
berusaha meniru, yakni dengan menjadi orang yang berilmu. Dengan berilmu kita
akan banyak mengetahui kekuasaan Allah dan akan menjadi orang yang banyak
bersyukur. Akhirnya, kita pun mengakui bahwa diri kita tidak ada apa-apanya
dibandingkan dengan kekuasanNya.
10. Hayyah, artinya hidup, sifat mustahilnya mautun artinya mati
Hidupnya Allah tentu berbeda dengan hidupnya manusia atau
mahluk yang lain. Perbedaan itu antara lain :
1. Allah
hidup tanpa ada yang menghidupkan. Manusia dan mahluk hidup lain hidup karena
dihidupkan oleh Allah swt
2. Allah
hidup tidak bergantung dengan yang lain, manusia hidupnya sangat bergantung
dengan yang lain
3. Allah
hidup selama-lamanya, tidak mengalami kematian, bahkan mengantuk pun tidak.
Manusia mengalami mati
Firman Allah swt ;
Artinya :
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus
(makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di
langit dan di bumi… (QS. Al Baqarah ayat 255)
Perhatiakan
bagian ayat yang berwana biru. Bagian tersebut menunjukkan arti bahwa Allah
bersifat ‘Hayyah.
Allah
Maha Hidup, tidak tidur, mengantuk pun tidak, apalagi mati, selama itu pula
Allah selalu mengurus dan mengawasi seluruh mahluk ciptaanNya, termasuk manusia
tanpa kecuali. Oleh karena itu, hendaknya kita berhati-hati dalam segala
tindakan, karena segala gerak-gerik kita diawasi dan dicatat oleh Allah. Kelak
di akhirat segala perbuatan kita akan kita pertanggungjawabkan.
11. Sama; artinya Allah
mendengar. Sifat mustahilnya summun,
artinya tuli
Allah Maha mendengar, pendengaran Allah tidak terbatas dan tidak
terhalang oleh jarak, ruang dan waktu. Pendengaran Allah tidak sama dengan
pendengaran mahlukNya. Selirih apa pun suara, Allah mendengarnya.
Menyadari bahwa Allah bersifat Sama’, dalam situasi apapun hendaknya kita senantiasa bertingkah
laku, berbicara, bersikap dan berfikir atas dasar ingat dan yakin adanya Allah.
Ini karena Allah selalu mendengar segala ucapan, gerak gerik manusia, baik yang
terang terangan atau yang masih dalam bisikan hati.
Berbeda dengan manusia, pendengarannya sangat terbatas, meski
dalam jarak yang jauh suddah bisa diatasi dengan telepon atau pengeras suara,
namun pendengaran manusia masih tetap terbatas. Suara yang pelan, suara tersebut
tidak dapat didengarnya.
Pendengaran manusia, juga mahluk lain mengalami perubahan. Umur
semakin tua bisanya pendengaran makin berkurang. Begitulah keterbatasan
manusia, ini tentu berbeda jauh dengan pendengaran Allah yang Maha sempurna.
Allah swt berfirman :
Artinya :
“berkatalah
Muhammad (kepada mereka): "Tuhanku mengetahui semua Perkataan di langit
dan di bumi dan Dialah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui". (QS.
Al Anbiya ayat 4)
Perhatikan
bagian ayat yang berwarna. Bagian tersebut menunjukkan arti bahwa Allah
bersifat Sama’.
Perlunya
kita menghayati sifat Allah ini, kita akan berhati-hati dalam berkata-kata.
Kita akan berusaha berkata-kata yang baik-baik saja sebab ucapan kita akan
selalu di dengar oleh Allah, berbisik pelan maupun keras. Kita tentu akan lebih
memilih diam bila tidak mampu berbicara baik. Perkataan kita yang jelek akan
dicatat dalam amalan yang jelek yang akan dihisab di hari kiamat kelak.
Mulailah kita berlatih untuk hanya berbicara yang baik-baik saja.
12.
Basar, artinya melihat. Sifat mustahilnya ‘umyun, artinya buta.
Mustahil
Allah buta karena Allah Maha Sempurna, termasuk sempurna termasuk
penglihatanNya. Penglihatan Allah bersifat mutlak. Artinya penglihatan Allah
tidak terbatas pada tempat maupun waktu. Allah melihat segala sesuatu, yang
besar, yang kecil, yang nyata maupun yang tersembunyi. Kekuasaan Allah untuk
melihat, tidak terhalang oleh apapun.
Bagaimana
sikap kita setelah mengetahui bahwa Allah bersifat Basar? Dengan memahami sifat
basar ini, kita tentu lebih berhati-hati dalam berbuat. Kita tentu tidak bias
membohongi atau menyembunyikan kebohongan di hadapan Allah, karena Allah akan
melihatnya. Mungkin setiap orang dapat kita bohongi, tetapi Allah tetap akan
mengetahuinya, dan kelas di kemudian hari akan ditunjukkan segala perbuatan dan
kebohongan itu.
Allah swt menegaskan dalam Al Qur’an :
Artinya :
“Dia tidak
dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang
kelihatan; dan Dialah yang Maha Halus lagi Maha mengetahui.” (QS. Al An’am
ayat 103)
Perhatikan
bagian ayat yang berwana biru. Bagian tersebut menunjukkan arti bahwa Allah
bersifat basar.
13. Kalam,
artinya berkata atau berfirman. Sifat mustahilnya bukmun artinya bisu.
Bukti
bahwa Allah bersifat kalam adalah
kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada para Nabi dan RasulNya. Firman Allah swt
:
Artinya “
“….dan Allah
telah berbicara kepada Musa dengan langsung”. (QS. An Nisa ayat 164)
Perhatikan bagian ayat yang berwarna biru. Bagian
tersebut menunjukkan arti bahwa Allah bersifat kalam.
Kamu masih
ingat ada berapa kitab Allah yang telah diturunkan kepada para nabi dan rasul?
Salah satu kitab tersebut adalah Al Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhamad
saw.
Dengan
cara itulah sebagian cara Allah berbicara dengan umat manusia yakni dengan
menurunkan wahyu kepada para nabi dan rasulNya. Jadi, mustahil kalau Allah
bersifat bukmun.
Dengan
memahami Allah bersifat kalam, ada
hal penting yang dapat kita ambil manfaatnya, antara lain :
a.
Memahami cara Allah memerhatikan umat
manusia, yakni dengan menurunkan kitab-kitabNya
b.
Memahami cara Allah membimbing umat
manusia dengan perantara para nabi dan RasulNya
c.
Manusia dapat melakukan hal-hal yang
baik sesuai ajaran kitab Allah sebagaimana dalam kitab Allah tersebut.
C. Menunjukan Tanda-Tanda Adanya Allah Swt
Untuk
menunjukan tanda-tanda adanya allah dapat di lakukan dengan beberapa cara
antara lain :
1.
Meyakinkan
hati bahwa Allah itu ada
Coba
simak kisah berikut ini!
a.
Dialog
seorang anak dengan kiai tentang tuhan
Suatu
hari ada seorang anak bernama markan,ia terkenal cerdas dan suka aneh
aneh,bahkan ayahnya di buat jengkel dengan ulah serta pertanyaan aneh aneh yang
ditanyakan kepadanya,salah satunya bertanya apakah tuhan itu ada.ayah markam
berusaha menjawab sebisanya,tapi markam tetap tidak bisa menerima jawaban yang
di berikan ayahnya. Akhirnya Markam menemui kiai terkenal di kampungnya dengan
maksud bertanya tentang adanya tuhan, dengan gaya dan pertanyaan anehnya
sebagai berikut:
Markam : Apakah tuhan itu ada,pak kiai?
Kiai : Ya jelas ada, masa tuhan tidak ada.
Markam : Seperti apa Tuhan itu,pak kiai?
Kiai :
Kalau itu pertanyaanmu, maka tidak cukup di jawab hari ini.kamu datang
lagikesini besok hari senin, karena hari ini sudah sore.mau apa tidak besok
senin kesini ?
Markam : Mau pak kiai ! Pada hari senin,markam
benar-benar menemui pak kiai dengan
tetap bertanya tentang adanya Tuhan.
Kiai : Mengapa kamu kesini ?
Markam
: Kata pak kiai saya kesini hari senin
Kiai : Apakah kamu yakin kalau hari ini
hari senin,bentuknya seperti apa,warnanya
seperti apa hari senin itu? Kok kamu yakin kalau hari ini hari senin
?
Markam : ….( diam dengan membingungkan keetika
ditanya bentuk dddan warna hari senin, “Mengapa saya yakin betul kalau hari ini
hari senin ya?”).
Kiai : Mengapa kamu diam?
Markam : Maaf pak kiai saya tidak bertanya tentang
Tuhan,saya sudah tahu,bahwa untuk mengetahui danya tuhan cukup diyakini dalam
hati.Terima kasih pak kiai saya mau pulang.Saya sudah tahubahwa tuhan itu ada
(Markam bergumam dalam hati “Alhamdulillah” ini jawaban yang saya cari ).
b. Nabi Ibrahim Mencari Tuhan
Cerita
ini berkisah ketika Nabi Ibrahim as mempertanyakan tentang keberadaan Allah
swt.Siapa Tuhan Allah itu? Dimanakah dia berada?
Dari beberapa pertanyaan tersebut,
kemudian Nabi Ibrahim as melakukan pengamatan terhadap lingkungan. Pada saat
Nabi Ibrahim as melihat gemerlap bintang dan bulan di langit, pada waktu malam
hari serta melihat matahari di angkasa. Dalam benak Nabi Ibrahim bertanya,
“Apakah ini Tuhan?” Namun, hati Nabi Ibrahim aas masih diliputi keraguan.
Hatinya tidak yakin kalau semua yang dilihat adalah Tuhan. Ditengah
kebingungannya itulah Allah menurunkan wahyu, yang member penjelasan bahwa yang
dilihat adalah sebagian dari yang diciptakan Allah. Sedangkan Allah adalah yang
menciptakan segala yang ada dilangit dan dibumi.
Dengan
penjelasan dari wahyu Allah tersebut, Nabi Ibrahim as menemukan keyakinan dan
kemantapan terhadap adanya Allah. Tindakan selanjutnya Nabi Ibrahim as
mengadakan dialog dengan ayahnya yang terkenal sebagai pembuat berhala. Berhala
dari hasil ayahnya itu yang dijadikan sebagai Tuhan oleh masyarakat disekitar
Nabi Ibrahim as saat itu.
Dengan
bekal keyakinan dan keimanannya pada Allah, kemudian Nabi Ibrahim as berani
berbeda pendapat dengan orang-orang yang menyembah berhala. Tujuannya adalah
memberikan penjelasan bahwa Tuhan yang selama ini mereka yakini dan mereka
sembah adalah keliru. Tuhan yang sebenarnya harus disembah adalah Allah SWT.
(bukan berhala, patung, dan yang lain.)
Cerita sari :
Nabi
Ibrahim as meyakini adanya Allah SWT dengan cara mengamati dan memahami segala
sesuatu yang diciptakan Allah. Dengan cara itu keyakinan Nabi Ibrahim as
terhadap adanya Allah bertambah mantap, sehingga beliau memiliki keberanian
untuk menyatakan dan melakukan tindakan berdasarkan apa yang diyakini bahwa
Allah itu ada.
2.
Mengamati dan Memikirkan Ciptaan Allah
Masalah:
bagaimana cara menunjukkan tanda-tanda adanya Allah swt
1.
Keterampilan : Siswa dapat mengenal
Allah swt
2.
Alat dan Media : Lingkungan sekitar kelas,
tanaman yang ada di sekitar kelas, ayat-ayat Al Quran yang menjelaskan tentang iman kepada Allah
swt
Banyak
cara yang dapat dilakukan untuk memahami dan meyakini adanya Allah swt. Salah
satunya adalah dengan cara memahami dan memikirkan ciptaan Allah swt
Untuk
memahami ciptaan Allah swt dapat dilakukan dengan cara mengamati segala
ciptaanNya, seperti yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim as. Kamu juga dapat
melakukan hal yang sama dengan cara mengamati dan memahami keanekaragaman yang
terdapat di lingkungan kita dan memikirkan keanekaragaman tersebut, dan
mempertanyakan siapakah yang menciptakannya. Agar lebih jelas coba lakukan
rangkaian kegiatan berikut !
1.
lakukan
pengamatan terhadap keanekaragaman tumbuhan di lingkunganmu/kelas.
2.
Pilih salah satu
yang menarik perhatianmu
3.
Pikirkan dan
tanyakan (dapat dengan cara diskusi) siapakah yagn menciptakanya
4.
Catat ke dalam
table pengamatan hal-hal yang paling menarik perhatianmu.
3. Menunjukkan Adanya Allah melalui dalil naqli
Untuk membuktikan adanya Allah dapat diketahui dari
sumber dalil naqli, yakni dalil yang bersumber dari ayat Al quran. Dalam ayat
Al Quran banyak diterangkan tentang nama, sifat dan keberadaan Allah. Semuanya
menunjukkan bahwa Tuhan Allah benar-benar ada. Sebagimana yang telah kita
pelajari. Salah satunya dapat disimak dalam ayat berikut :
Artinya
:
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang
telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas
'Arsy[548]. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat,
dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing)
tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak
Allah. Maha suci Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al A’raf ayat 54)
Pada
ayat diatas ditunjukkan bahwa Allah benar-benar ada. Hal tersebut dapat
diketahui melalui dalil naqli atau ayat Al quran dengan pernyataan sebagai
berikut :
D. Menampilkan Perilaku Sebagai Cermin
Keyakinan akan Sifat-Sifat Allah swt
Beriman
kepada Allah dapat dilakukan dengan cara meyakini dalam hati, diucapkan dengan
lisan dan diwujudkan dalam bentuk sikap dan tindakan nyata. Untuk mewujudkan
hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mengenali dan memahami sifat-sifat
Allah serta mengamalkannya dalam bentuk tindakan nyata, antara lain :
1. Melaksanakan
segala perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya. Apalah artinya meyakini
adanya Allah tetapi tidak melaksanakan perintahNya dan menjauhi laranganNya.
Hal yang terpenting dari iman adalah mewujudkan dalam bentuk tindakan nyata.
2. Meneladani
sifat-sifat Allah serta menampilkannya dalam perilaku sehari-hari dalam bentuk
ucapan, sikap maupun tindakan. Sebagai contoh dapat disimak pada table berikut
Rangkuman
·
kita sebagai umat Islam
meyakini bahwa yang menciptakan dan mengatur alam semesta adalah allah swt. Untuk meyakini
adanya allah swt di antaranya adalah dengan cara mempelajari,memahami,dan
menghayati sifat-sifat allah .
·
sifat-sifat allah yang
dimaksud adalah sifat wajib,sifat mustabil dan sifat
jaiz. Dengan memahami makna dan menghayati sifat-sifst allah dapat
kesempurnaan-nya. Dengan upaya demikian , lambat laun iman kita kepada Allah
swt akan bertambah.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapussiip, makasih ya artikelnya
BalasHapusPortal Bersama